Minggu, 27 Juli 2014
SIFAT-SIFAT BURUK WANITA YANG HARUS DI JAUHI
Bismillairrohmanirrohiim
Sahabat... Hal-hal dibawah ini adalah sifat wanita yg paling tidak di sukai, dan inilah sifat- sifat itu
ANAANAH
Yaitu wanita yang selalu mengeluh dan mengadu serta kepalanya berbalut setiap saat. Menikahi wanita yang membuat-buat atau pura-pura sakit ini tidaklah baik.
MANAANAH
Yaitu wanita yang senantiasa menyebut-nyebut pemberiannya kepada suaminya hingga ia berkata ." Aku telah melakukan untukmu begini, begitu, begini dan begini ."
HADAAQAH
Yaitu wanita yang selalu menginginkan apa yang dilihatnya sehingga ia membebani suaminya untuk membelinya. Setiap kali mengujungi temannya dan melihat sesuatu yang dimilikinya ia tertarik dan ingin membelinya.
HANAANAH
Yaitu istri yang terlalu sayang dengan suami sebelumnya atau kepada anak-anak dari suami pertamanya atau selalu rindu kepada rumah keluarganya. Wanita begini lebih baik dijauhi.
BARAAQAH
Mengandung dua makna. wanita yang diwaktu siang ia bersolek dan menghias wajahnya agar nampak cantik berkilau, atau wanita yang sering suka marah karena makanan.
SYADAAQAH
Yaitu wanita yang banyak berbicara.
Dikisahkan dari Sa'ih Al-Azdi bahwasanya ada seorang yang memberinya nasehat demikian. " Janganlah menikahi wanita yang memiliki empat tipe berikut :
MUKHTALI'AH
Yaitu wanita yang suka menuntut 'khulu' yaitu cerai dengan harta yang dibayarkan oleh pihak istri atau mahar yang duikembalikan kepada suami tanpa sebab.
MUBARIYAH
Yaitu wanita yang sombong dan membanggakan faktor-faktor dunia.
'AAHIRAH
Yaitu wanita yang memiliki kekasih lain.
NAASYIZ
Yaitu wanita yang mendominasi suaminya, baik perkataan maupun perbuatannya.
Selain yang tersebut diatas, berikut ini masih ada tambahan kriteria wanita yangTidak baik untuk dinikahi.
MAL'UUNAH
Yaitu wanita yang dilaknat oleh Rasulullah saw dan kita disuruh melaknatnya karena Tabarruj nya [berdandan ala jahiliyah] dan perbuatannya yang menyebarkan fitnah diantara manusia serta tidak taat kepada Allah dan suaminya.
FARIK
Yaitu wanita yang selalu marah pada suaminya
WARHAA'
Yaitu yang dungu.
Sahabat fillah, semoga tulisan ini bisa menjadi bahan intropeksi kedalam diri kita, apakah kita mempunyai salah satu sifat buruk diatas? atau malah bukan cuma satu tapi beberapa?
Yuuk kita perbaiki kualitas diri kita, dengan segala cara agar kita bisa menghilangkan sifat-sfat tidak baik diatas, sehingga bisa menjadi wanita muslimah sejati, berahlak mulia, berhati bersih, istiqomah dan tentunya akan lebih di sayang Allah, disayang suami, ibu/bapak/teman/anak dll, dsb..
Wallahu a'lam
Rabu, 12 Maret 2014
Waktu tidur yang dilarang Rasulullah SAW
Bismillahirrohmanirrohiim
5 Waktu tidur yang dilarang oleh Rasulullah SAW
1- Tidur selepas makan.
2- Tidur sepanjang hari.
3- Tidur selepas solat Subuh dan awal pagi.
4- Tidur pada waktu asar.
5- Tidur sebelum solat Isyak.
Rasulallah SAW bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1
(satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya, maka
walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia
akan tetap memperoleh pahala."(HR. Al-Bukhari)
SUBHANALLAH
Semoga ALLAH senantiasa membimbing kita agar selalu mengikuti sunnah Rasulullah Saw dan menjadikan kita semua sebagai hamba-hamba ALLAH yang senantiasa beriman dan bertakwa kepada-Nya. Aamiin
Wallahu a`lam
Jumat, 07 Maret 2014
Salman Al-Farisi Pemimpin Yang Rendah Diri
Bismillahirrohmanirrohiim
Salman Al-Farisi tergolong sebagai salah seorang sahabat Rasulullah saw. Beliau berasal dari negeri Parsi. Pernah di masa hidupnya, Salman telah diberi jawatan sebagai Gabenor di salah sebuah jajahan takluk Islam. Namun demikian kedudukannya itu tidak sedikit pun mengubah keperibadiannya yang penyantun, rendah diri, serta zuhud terhadap kemewahan dunia. Pada suatu hari, diriwayatkan seorang rakyat awam tanpa mengenali Salman terus menariknya secara kasar lalu menyuruhnya melakukan suatu kerja yang berat. Orang itu menjumpai Salman ketika berada di tepi jalan. Ia mempunyai sebuah karung besar lalu menyuruh Salman memikulnya sampai ke rumah.
Tanpa banyak soal Salman terus memikulnya. Di pertengahan jalan, seorang lelaki telah memberi salam kepadanya. Alangkah terkejutnya melihat Salman memikul karung. Lalu berkata: "Wahai tuan! Tahukah tuan bahawa orang yang memikul karung tuan itu adalah Salman Al-Farisi, Amir negeri kita ini." Terkejut lelaki itu mendengarnya, apabila dikenangkan orang yang dikasarinya itu adalah gabenornya sendiri. Lantas dia meminta maaf lalu menyuruh Salman menurunkan karung yang sedang dipikulnya itu. Tetapi Salman menjawab: "Oh tidak mengapa tuan. Biarlah saya memikul barang tuan ini hingga sampai ke rumah tuan". Demikianlah ketinggian budi pekerti Salman Al-Farisi, salah seorang sahabat Rasulullh saw. yang tidak mementingkan darjat kedudukan
Wallahu a`lam
Jumat, 28 Februari 2014
MAnaqib Syeh Abdul Qodir Al-jilany
Bismillahirrohmanirrohiim
Nama lengkapnya adalah Abu Shalih Sayyidi Muhyiddin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa (Zonki Dost) bin Abu Abdullah Al-Jily bin Yahya az-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa al-Jun bin Abdullah al-Mahdhi bin al-Hasan al-Mutsanna bin al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib.
Al – Syekh Abu Muhammad Abdul Qadir Al – Jailany adalah keturunan Sayyidina Hasan , cucu Rasulullah dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib; kakeknya adalah Abi Abdillah Al – Shuma’I yang berasal dari daerah Jilan, Persia ( Iran ) dan populer dengan karomah dan kemuliaannya. Adapun ibundanya adalah seorang ibu yang dan istimewa, yaitu Fatimah binti Abi Abdillah Al – Shuma’i; ibundanya juga memiliki karomah dan kemuliaan; keturunan Sayyidina Husein.
Jauh sebelum Syekh Abdul Qadir lahir; ayahandanya bermimpi bertemu Rasulullah saw bersama sejumlah sahabat,para Mujahidin, dan Para Wali. Dalam mimpi itu, Rasulullah saw bersabda :
“Wahai Abu Shalih, Allah swt akan memberi amanah seorang anak laki-laki, yang kelak akan mendapat pangkat tinggi dalam kewalian. Sebagaimana aku mendapat pangkat tertinggi dalam kenabian dan kerasulan.”
Abu Shalih wafat saat putranya masih teramat muda, sehingga Syekh Abdul Qadir diasuh dan dibesarkan oleh kakeknya.
Syekh Abdul Qadir lahir pada pertengahan bulan Ramadhan tahun 471 H ( 1051 M ) di daerah Jilan. Di daerah itu beliau melewati masa kecilnya sampai usia 18 tahun. Kemtdian pergi ke Baghdad pada tahun 488 H sampai masa akhir hayatnya. Syekh Abdul Qadir berperawakan kurus, tingginya sedang, berdada bidang dengan janggut lebat dan panjang.
Warna kulitnya sawo matang, kedua alisnya bersambung, suaranya keras dan lantang, mudah bergaul, punya derajat mulia dan ilmu pengetahuan luas.
Binar mata Syeikh Abdul Qadir Ra terpancar dalam lingkungan yang terkenal dengan ilmu pengetahuannya serta didukung dengan berbagai karomah. Ayahandanya adalah salah seorang tokoh ulama Jilan, sedangkan ibundanya yang juga dikenal dengan karomahnya adalah putri dari Abdullah Al – suma’i, seorang ahli Makrifat, ahli ibadah dan zuhud. Maka bersemilah nuansa keilmuan, fiqih, hakikat dan makrifat didalam dirinya.
Masa kanak-kanak dan remaja.
Ibunda Syekh Abdul Qadir bercerita :
”Semenjak aku melahirkan anakku itu, ia tidak pernah menetek pada siang bulan ramadhan. Suatu kali, lantaran hari berawan, orang-orang tidak bisa melihat bulan sabit guna menentukan telah masuknya bulan Ramadhan. Lalu mereka mendatangiku dan bertanya tentang Abdul Qadir, karena mereka tahu bahwa anakku itu tidak pernah menetek di siang bulan Ramadhan. Aku katakan kepada mereka bahwa abdul Qadir siang itu tidak menetek. Maka mereka pun tahu bahwa hari itu adalah awal Ramadhan. Sejak itu, beliau menjadi terkenal sebagai keturunan orang-orang terhormat (mulia), yang salah satu tandanya adalah beliau tidak mau menetek kepada ibunya pada siang bulan Ramadhan.”
Syekh Abdul Qadir bercerita :
“Ketika masih kecil, setiap hari aku di kunjungi seorang malaikat dalam bentuk seorang pemuda tampan. Dia berjalan bersamaku dari rumah kami ke sekolah dan membuat anak-anak di dalam kelas memberiku tempat di barisan pertama. Dia tinggal bersamaku sepanjang hari dan kemudian membawaku pulang ke rumah. Dalam sehari, aku belajar lebih banyak daripada pelajar-pelajar yang lain belajar dalam satu minggu. Aku tidak tahu siapa dia. Suatu hari aku bertanya kepadanya, dan dia berkata, “aku salah satu malaikat Allah swt. Dia mengirim dan memerintahkanku selama engkau belajar.”
Suatu hari, malam I’dul Adha, Aku pergi ke ladang kami untuk menggarap tanah. Selama aku berjalan di belakang lembu jantan, dia memalingkan kepalanya dan melihatku, seraya berkata:
“Engkau tidak diciptakan untuk ini!”
Aku sangat ketakutan dan berlari ke rumah dan memanjat ke atap rumah petak bertingkat. Ketika mengintai keluar, aku melihat para jama’ah haji berkumpul di padang Arafah tepat di depanku.
Aku pergi ke ibuku, yang waktu itu sudah janda, dan meminta kepadanya:
“Kirimlah aku ke jalan kebenaran, berilah aku ijin untuk pergi ke Baghdad, untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bersama-sama dengan orang bijak dan orang-orang yang dekat kepada Allah swt.”
Ibuku bertanya kepadaku,
”Apa alasan untuk permintaan yang tiba-tiba tersebut?”
Aku mengatakan kepadanya apa yang terjadi pada diriku. Dia menangis; tetapi mengeluarkan delapan puluh batang emas, semua adalah warisan ayahku. Dia menyisakan empat puluh untuk saudara laki-lakiku. Empat puluh batang lainnya, dia jahit kebagian ketiak mantelku. Kemudian dia mengizinkan diriku untuk meninggalkan dirinya, tetapi sebelum ibuku membiarkan aku pergi, beliau meminta diriku berjanji kepadanya, bahwa aku akan berkata benar dan menjadi orang yang jujur, apapun yang terjadi. Ibu melepaskan kepergianku dengan kata-kata:”Mudah-mudahan Allah melindungi dan membimbingmu, anakku. Aku memisahkan diriku dari orang yang paling mencintaiku karena Allah swt. Aku tahu bahwa aku tidak akan dapat melihatmu sampai hari pengadilan terakhir.”
Aku bergabung dengan sebuah kafilah kecil yang sedang pergi ke Baghdad. Ketika telah meninggalkan kota Hamadan; sekelompok perampok jalanan berjumlah enam puluh orang dengan menunggang kuda menyerang kami. Mereka mengambil segala sesuatu yang setiap orang miliki. Salah seorang di antara mereka datang kepadaku dan bertanya,:
Anak muda, harta apa yang kamu miliki?”
Aku menceritakan kepadanya, bahwa aku mamiliki empat puluh batang emas. Dia bertanya :
”dimana?”
Aku mengatakan :
“Di bawah lenganku.”
Dia tertawa dan meninggalkanku sendiri. Perampok lainnya datang dan bertanya hal yang sama, dan aku berkata hal yang sebenarnya. Mereka meninggalkanku sendirian dan melaporkan kepada pemimpin mereka. Lalu pemimpin perampok memanggilku ke tempat dimana mereka sedang membagi hasil rampasan. Dia bertanya apakah aku memiliki sesuatu barang berharga. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku memiliki empat puluh batang emas yang dijahit di mantelku dibawah ketiak. Dia mengambil mantelku, merobek bagian lengan mantel dan menemukan emas tersebut. Kemudian dengan rasa takjub, dia menanyaiku:
”Ketika uangmu telah aman, apa yang memaksamu untuk menceritakan kepada kami bahwa kamu memiliki emas dan dimana disembunyikan?”
Aku menjawab,” Aku harus mengatakan sebenarnya dalam keadaan apapun, sebagaimana telah ku janjikan kepada ibuku.”
Ketika pemimpin perampok mendengar hal itu, dia menitikkan air mata dan berkata:
” Aku telah mengingkari janjiku kepada siapa yang telah menciptakanku. Aku mencuri dan membunuh. Apa yang terjadi padaku?”
Dan anak buahnya memandangnya, sambil berkata,
”Engkau telah menjadi pemimpin kami selama bertahun-tahun dalam perbuatan dosa. Sekarang juga menjadi pemimpin dalam penyesalan!”
Semua enam puluh orang memegang tanganku dan menyatakan menyesal serta mengubah jalan hidup mereka. Keenam puluh orang itu adalah orang yang pertama memegang tanganku dan mendapatkan keampunan untuk dosa-dosa mereka.
Syekh Abdul Qadir di Baghdad
Ketika Syekh Abdul Qadir Al-Jailany Ra tiba di Baghdad, beliau berusia 18 tahun. Ketika beliau mencapai pintu gerbang kota, Nabi Khidir muncul dan menghalanginya untuk memasuki pintu gerbang kota. Nabi Khidir berkata kepadanya bahwa hal itu adalah perintah Allah untuk tidak memasuki kota Baghdad selama tujuh tahun yang akan datang.
Nabi Khidir membawanya ke sebuah reruntuhan di gurun pasir dan berkata:”Tinggallah disini dan jangan meninggalkan tempat ini.” Syekh Abdul Qadir tinggal disana selama tiga tahun. Setiap tahun, Nabi Khidir akan muncul kepadanya dan berkata kepadanya dimana beliau harus tinggal.
Syekh Abdul Qadir Al-jailany Ra bercerita mengenai masa tiga tahun yang di alaminya :
“Selama aku tinggal di gurun, diluar kota Baghdad; semua keindahan duniawi dating menggodaku. Allah melindungiku dari gangguan mereka. Setan yang muncul dalam wujud dan bentuk berbeda-beda terus mendatangiku, menggodaku, mengacaukanku dan melawanku. Allah telah memberikanku kemenangan atasnya. Nafsuku mengunjungiku setiap hari dalam wujud dan bentukku sendiri, memintaku untuk menjadi temannya. Ketika Aku akan menolaknya, ia hendak menyerangku. Allah memberiku kemenangan dalam perlawanan dengan nafsuku. Pada waktunya aku dapat menjadikannya tawananku dan menahannya bersamaku selama tahun-tahun itu, memaksanya tinggal di reruntuhan gunung pasir. Satu tahun penuh aku telah memakan rumput-rumputan dan akar-akaran yang dapat kutemukan dan tidak meminum air apapun. Tahun yang lain, aku telah minum air tetapi tidak makan sebutirpun makanan. Tahun lainnya, aku tidak makan, minum ataupun tidur. Sepanjang waktu ini, aku hidup dalam reruntuhan dari raja-raja kuno Parsia di Karkh. Aku berjalan dengan kaki telanjang di atas duri dan onak padang pasir dan tidak merasakan suatu apapun. Kapan saja aku melihat sebuah jurang ( karang yang terjal ) aku memanjatnya; aku tidak memberikan istirahat satu menitpun atau menyenangkan nafsuku, kepada keinginan-keinginan rendah jasmaniku.
Pada akhir dari masa tujuh tahun itu, aku mendengar sebuah suara pada suatu hari :
”Wahai Abdul Qadir, engkau sekarang diizinkan memasuki Baghdad.”
Aku sampai di Baghdad dan melewatkan beberapa hari disana. Segera aku tidak dapat berada dalam keadaan dimana hasutan, kejahatan, tipu daya telah mendominasi kota. Untuk menyelamatkan diriku sendiri dari kejahatan kota yang mengalami kemerosotan moral dan menyelamatkan keimananku, aku meninggalkannya. Hanya al-Qur’an yang kubawa bersamaku. Ketika tiba di pintu gerbang, dalam perjalanan untuk berkhalwat ku di padang pasir, aku mendengar sebuah suara:
”Kemana engkau akan pergi?” kata suara itu.
”Kembali. Engkau harus melayani orang-orang.”
“Apa yang dapat kupedulikan mengenai orang-orang?” Aku menyanggah. “Aku ingin menyelamatkan keimananku!”
“Kembalilah dan jangan pernah merasa khawatir terhadap keimananmu” suara itu melanjutkan, “Tidak ada sesuatupun yang akan membahayakanmu.”
Aku tidak dapat melihat siapa orang yang berkata tersebut.
Kemudian sesuatu terjadi padaku. Terputus dari kondisi luar, aku masuk dalam keadaan tafakur. Sampai hari berikutnya, aku memusatkan pikiran pada sebuah harapan dan berdo’a kepada Allah swt agar dia membukakan selubung untukku, sehingga tahu apa yang harus kulakukan.
Hari berikutnya, ketika tengah berkeliling di sebuah pemukiman bernama Mudzaffariyyah, seorang lelaki yang aku tidak pernah kulihat membuka pintu rumahnya dan menyilahkan aku masuk,
“Mari Abdul Qadir!”
ketika aku sampai di pintunya, dia berkata,
”Katakan kepadaku, apa yang anda harapkan dari Allah? Do’a apa yang anda panjatkan kemarin?”
Aku ketakutan, dengan penuh ketakjuban. Aku tidak dapat menemukan kata-kata untuk menjawabnya. Laki-laki tersebut memandang ke wajahku dan mengempaskan pintu dengan kasar seperti itu, debu berkumpul di sekelilingku dan menutupi seluruh tubuhku. Aku berjalan pergi, sambil bertanya apa yang telah kuminta kepada Allah sehari sebelumnya. Kemudian aku teringat. Aku balik kembali untuk mengatakan kepada laki-laki tersebut, tetapi tidak dapat menemukan baik rumah ataupun dirinya. Aku sangat khawatur, ketika menyadari bahwa dia adalah seorang yang dekat kepada Allah. Sesungguhnya, belakangan aku mengetahui, dia adalah Hammad ad-Dabbas, yang telah menjadi Syekh ( guru) ku.
Pada suatu malam yang dingin dan gerimis, sebuah tangan tak terlihat membawa Syekh Abdul Qadir kepada tekke, tempat bermalam mistis, milik Syekh Hammad bin Muslim ad- Dabbas. Syekh Hammad yang mengetahui dengan inspirasi Ilahiah tentang kedatangannya, menutup pintu-pintu tempat menginap ( mistis ) dan memadamkan lampu. Ketika Syekh Abdul Qadir duduk di bendul ( ambang )pintu yang terkunci, beliau tertidur. Beliau telah mengeluarkan sperma ( mimpi basah )di malam hari dan pergi mandi di sungai dan mengambil air wudhu. Beliau tertidur lagi dan hal yang sama terjadi tujuh kali pada malam itu. Setiap kali beliau mandi dan mengambil air wudhu dalam air sedingin es. Pagi harinya, pintu gerbang telah terbuka dan beliau memasuki tempat penginapan sufi. Syekh Hammad berdiri menyambutnya. Meneteskan air mata gembira, dia memeluknya dan berkata:
”Wahai putraku Abdul Qadir, keberuntungan adalah milik kami hari ini, tetapi besok hal itu menjadi milikmu. Jangan pernah meninggalkan jalan ini.”
Syekh Hammad menjadi guru pertamanya dalam ilmu pengetahuan tentang mistisme. Dengan memegang tangannya, beliau mengucapkan sumpah dan mengikuti jalan sufi.
Syekh Abdul qadir memahami bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslimin dan muslimah. Lantas dengan keseriusan dan kesungguhan, berangkatlah beliau menuntut ilmu ke para tokoh Ulama yang selalu membimbingnya. Beliau memulai masa pendidikannya dengan belajar mambaca Al-qur’an kepada Abu Al-Wafa bin Aqil Al-Hambali, Abu Al-Khitab Mahfudz Al-Kalwadany Al-Hambali dan masih banyak lagi yang lainnya, sampai fasih dalam pembacaannya.
Beliau belajar hadits dari para ulama ahli hadits di zamannya seperti Abu Ghalib Muhammad bin Hasan Al-Balakilany dan yang lainnya. Beliau juga belajar ilmu Fiqih dari para fuqaha yang masyhur di zamannya, seperti Abu Sa’id Al-Mukharrimi. Selanjutnya beliau belajar ilmu bahasa dan sastra kepada Abu Zakaria Yahya bin Ali Al-Tibrizi. Akhirnya, beliau mendalami berbagai disiplin ilmu pengetahuan dengan pemahaman yang mendalam : ilmu syari’at, tarekat, bahasa dan sastra; sehingga beliau menjadi pemimpin dan guru besar mazhab Hambali. Allah swt memberikan hikmah dengan perantaraan lisannya yang memberikan wejangan dalam berbagai majelisnya.
Walaupun Syekh Abdul Qadir belajar sufi kepada Syekh Hammad ad-Dabbas, tapi yang memberikan jubah darwis ( symbol dari jubah Rasulullah ) adalah Abu Sa’ad Al Mubarak bin Ali Al-Mukharrimi, ulama terbesar pada zamannya di Baghdad, pemilik madrasah di Babulijadz, yang kemudian diserahkan kepada Syekh Abdul Qadir.
Syekh Ja’far bin Hasan Al-Barzanji ( penyusun maulid Barzanji ) menulis :
Guru-guru Ilmu Fiqih Syeikh Abul Qadir :
• Abu wafa ali bin Aqiel
• Abu Khatab Al-Kalwadzani
• Muhammad bin Abu Ya’la
• Syekh Abu Sa’ad Al-Mubarak bin Muharrimi Al-Baghdadi ( guru besar Mazhab Hanafi )
• Syekh Abu Khattab Mahfudz bin Ahmad bin Hasan Al-Iraqi
Guru-guru Bahasa dan Sastra beliau :
• Syeikh At-Tibrisi
• Abu Zakarya Yahya bin Ali bin Muhammad bin Hasan Bustam As-Syaiban Al-Khotib At-Tibrizi
Guru tasawuf beliau :
• Syekh Abi Khair Hammad bin Muslim Ad-Dabbas
• Belajar di Madrasah Nizamiyah, pimpinan Imam Ghazali.
Guru-guru ilmu hadits beliau :
• Abu Muhammad bin Ja’far bin Ahmad bin Hasan Al-Baghdadi
• Abu Ghalib Muhammad bin Hasan bin Ahmad bib Hasan bin Khadzadadza Al-Baqilani
• Syekh Abu shadiq Abu Saad Muhammad bin Abdul Karim bin Kusyasyi Al-Baghdadi
• Syekh Abu Bakar Ahmad bin Muzaffar bin Husein bin Abdullah At-Tammar
• Syekh Abulqasim Ali bin Ahmad bin Muhammad bin Bayan bin Razzaz
• Syekh Abu Thalib Abdulqadir bin Muhammad bin Abdulqadir bin Yusuf Al-Baghdadi Al-Yusufi, Syekh Abu Barakat
Syekh Ja’far bin Hasan Al-Barzanji berkata :
“Syekh Abdul Qadir menguasai 13 ilmu pengetahuan. Dalam berfatwa beliau selalu menggunakan dua Mazhab, yaitu Mazhab Syafi’i dan Hambali. Beliau memang terkenal sebagai fuqaha yang sangat menguasai ilmu fiqih”
Syekh Abdul Qadir bercerita :
Pada suatu pagi aku melihat Rasulullah saw. Beliau bertanya kepadaku:
”Mengapa engkau tidak bicara?”
Aku menjawab:
Aku tiada lain adalah seorang Persia, bagaimana Aku bisa berbicara dengan bahasa arab yang indah dari Baghdad ?”
“Buka mulutmu” beliau berkata, dan kulakukan perintahnya.
Rasulullah lantas meniupkan nafasnya ke mulutku tujuh kali dan berkata:
“Pergilah, tunjukkan kepada umat manusia dan ajaklah mereka kepada jalan Allah swt dengan bijak dan kata-kata indah.
Kemudian Aku bertemu Imam Ali bin Abi Thalib dan memintaku untuk membuka mulutku, kemudian meniupkan nafasnya sendiri ke dalam mulutku sebanyak enam kali. Aku bertanya:
”mengapa anda tidak melakukannya tujuh kali seperti yang dilakukan Rasulullah saw?”
Beliau menjawab:
“karena rasa hormatku kepadanya.” kemudian beliau menghilang.
Beliau memberikan wejangan pada bulan syawal tahun 521 H di Madrasah Abu Sa’id Al-Mukhorrimi, daerah Babulijaz, Baghdad. Beliau menyuarakan secara lantang semangat zuhud. Madarasah tersebut dipadati jama’ah sampai beliau dipindahkan ke sebuah Musholla diluar Baghdad. Jama’ah yang hadir pada saat itu sangat banyak, sekitar 70 000 orang. Murid-murid yang berguru kepadanya semakin banyak, dari kalangan ahli Fiqih, ahli Hadits, para Ulama serta ahli Sufi yang memiliki derajat keistimewaan dan kemuliaan.
Beliau telah menyusun banyak karya dalam bidang ushul fiqih, tasawuf dan hakikat. Di antara karya-karyanya adalah :
1. Ighatsah Al-Arifin wa Ghayah Muna Al-Washilin ( Pertolongan untuk ahli Makrifat dan tujuan ideal para ahli Makrifat ).
2. Awrad Al-Jailany wa @d’itatih ( beberapa wirid dan doa-doa Syekh Abdul Qadir Al-Jailany )
3. Adab Al-Suluk wa Al-Tawashul ila Manazil Al-Muluk ( adab penempuhan Ruhani menuju kerajaan ilahi )
4. Tuhfat Al-Muttaqin wa Sabil Al-Arifin ( persembahan orang-orang bertaqwa dan jalan para ahli Makrifat )
5. Jala’ Al-Khathir fi Al-Bathin wa Al-zhahir ( penampakan hati tentang yang batin dan zhahir )
6. Risalah Al-Ghautsiyah ( Risalah Wali Ghauts – tingkatan wali dibawah kedudukan nabi SAW )
7. Risalah fi Al-Asma’ Al-Azhim li Al-Thariq ila Allah ( Risalah tentang beberapa nama Allah guna menuju kepadanya )
8. Al-Gunyah li Al-Thalib Al-Haqq ( Rasa kecukupan bagi para pencari Al-Haq ).
9. Al-Fathur Rabbani wal Faydur Rahmani
10. Sittin Majalis
11. Hizbul Raja’ul Intiha
12. Al-hizbul Kabir
13. Ad-Du’aul Awrad Al-fatihah
14. Ad-Du’a al-Basmalah
15. Al-Fuyudath Rabbaniyyah
16. Mi’raj Latif al-Ma’ani
17. Yawaqit Hikam Sirul Asrar
Masa Syekh Abdul Qadir Al-Jailany yaitu abad ke 5 H, adalah masa yang masyhur dengan cakrawala ilmu pengetahuan dan maju dalam bidang sastra. Pada masa itu muncul para ulama besar dan para penulis yang handal seperti : Abu Ishaq Al-Syairazy, Al-Ghazali, Abu Wafa bin Aqil, Abdul Qadir Al-Jurjany, Abu Zakaria Al-Tabrizy, Abu Qasim Al-Hariry, Al-Zamahsary dll. Mereka itulah yang memenuhi abad tersebut dengan menguasai berbagai aspek rasionalitas dan berbagai orientasi. Mereka juga adalah para tokoh sastra dan intelektual. Tidak seorangpun pada masa tersebut yang bisa mewarnai masyarakatnya, kecuali harus terjun kedalam gelanggang ilmu pengetahuan yang merupakan kehidupan ilmiah dan berbagai sumber disiplin ilmu pengetahuan. Diberbagai daerah penuh dengan tempat belajar dan halaqah pembelajaran seperti kota Baghdad.
Dalam masyarakat berperadaban waktu itu tidak ada seorangpun yang terkenal dan memiliki pengaruh amat luas, kecuali seorang ulama yang sangat tinggi wawasan ilmu pengeetahuannya, kapabel dalam ilmu keagamaan dan ilmu keduniawian, bahkan para ulama selanjutnya mengakui keistimewaan tersebut dan mengklaim dia sebagai seorang ulama yang paling luas wawasan intelektualnya.
Akhlak mulia Syekh Abdul Qadir Al-Jailany Ra.
Syekh Abdul Qadir Al-Jailany Ra memiliki sifat-sifat yang terpuji dan juga mempunyai peninggalan karya ilmiah yang banyak, bahkan secara mutawatir dikenal karena berbagai daya dan karomah yang beliau miliki.
Beliau selalu berpakaian khas Ulama, berselendang ( serban), menunggang keledai, berbicara di atas kursi yang tinggi. Terkadang beliau berjalan beberapa langkah di udara di atas kepala orang-orang yang hadir, lalu kembali ke kursinya. Beliau pernah berkata :
“Aku pernah melewati hari-hariku tanpa makan sama sekali. Ketika itu datang seseorang membawa sebuah wadah yang ternyata berisi sejumlah dirham dan makanan di atasnya. Aku pun mengambil sekerat roti, lalu duduk menyantapnya.”
Namun tiba-tiba di hadapanku ada secarik kertas yang bertuliskan :
“Allah swt mengatakan didalam sebagian kitab yang diturunkannya bahwa Nafsu Makan itu hanya dijadikan bagi makhluk-makhluk yang lemah agar mereka sanggup(bertenaga) untuk melaksanakan ketaatan kepada Ku. Sedangkan bagi mereka yang kuat, maka nafsu makan itu tidak perlu bagi mereka. Membaca tulisan itu, aku segera meninggalkan makanan itu, lantas pergi.”
Suatu kali beliau bercerita tentang dirinya :
”Pada awal-awal kehidupanku, aku mengalami masa-masa sulit, namun aku hadapi dengan tabah. Kala itu, aku berpakaian dari bulu binatang, bertutup kepala dari kain jelek, dan berjalan kaki di atas duri dan onak jalanan lainnya. Yang aku makan hanya belalang, sisa-sisa sayuran dan daun-daun muda di pinggiran sungai. Aku suka pura-pura tuli dan pura-pura gila, kalau sedang berada di tengah-tengah manusia. Masa-masa pahit itu berlangsung selama beberapa tahun hingga akhirnya Allah swt merubah keadaanku.”
Pernah ada orang bertanya kepadanya :
”Bagaimana cara membebaskan diri dari ‘Ujub ( merasa bangga terhadap diri sendiri )?”
Beliau menjawab :
”Pandanglah segala sesuatu sebagai pemberian Allah swt, ingatlah bahwa Dia lah yang memberikan taufiq kepada kita sehingga dapat melakukan kebaikan, dan buanglah perasaan bahwa kita telah berbuat sesuatu. Kalau sudah demikian, niscaya kita akan selamat dari penyakit tersebut.”
Dan sewaktu ada yang bertanya kepadanya :
”Mengapa kami tidak pernah melihat lalat hinggap di bajumu?”
Beliau menjawab :
”Memangnya apa yang mau diambilnya dariku, sedangkan manisan Dunia dan madu Akhirat tidak ada padaku sedikitpun.”
Suatu kali, terdengar suara jeritan seseorang dari dalam kuburnya dan suara itu mengganggu orang-orang yang lewat disana. Lalu orang-orang melaporkan kejadian tersebut kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailany. Beliau berkata :
”Sungguh orang itu pernah melihatku sekali. Sekarang pastilah Allah merahmatinya lantaran pernah melihatku.”
Pernah suatu hari Syekh Abdul Qadir berwudhu, lalu air wudhunya itu jatuh membasahi seekor burung pipit. Burung itu diperhatikannya terbang, lalu jatuh dan mati. Melihat kejadian itu, beliau langsung mencuci bajunya lalu menjualnya, dan uang hasil penjualan itu beliau sedekahkan; seraya berkata :
“Burung itu mati lantaran air wudhukku.”
Syekh Izzudin bin Abdul Salam berkata :
”Tidak kami temukan transmisi ( naqal al-akhbar ) secara mutawatir mengenai karomah para wali seperti karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailany Ra”.
Demikian juga dikatakan oleh Syekh Al-Islam Ibnu Taimiyah :
“Semua Ulama dan para wali di zamannya menghormati Syekh Abdul Qadir Al-Jailany. Dalam Ilmu Fiqih, beliau melebihi Ulama segenerasi dengannya, bahkan para tokoh wali juga sangat mematuhinya; beliau diakui oleh semua kalangan Ulama dan wali. Semuanya mengangkatnya sebagai pemuka mereka; maka jelaslah bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jailany adalah pemimpin para wali”.
Mufasir Ibnu Katsir berkata :
“Syekh Abdul Qadir sebagai Ulama yang tangguh dalam amar ma’ruf nahi munkar, menjalani kehidupan zuhud dan wara’, serta sufi yang sangat disegani.”
Syekh Abdul Qadir Al-jailany Ra juga memberikan fatwa dengan Mazhab Imam Syafi’I dan Imam Ahmad bin Hanbal. Ulama-ulama di Iraq sangat kagum terhadap fatwa-fatwanya, sampai mereka berkata :
”Maha suci Zat yang telah memberi nikmat kepadanya.”
Ketika kapasitas keilmuan dan kewaliannya sudah populer, ratusan ahli fiqih dari berbagai kalangan di Baghdad berdatangan, setiap orang bertanya kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jailany suatu permasalahan dari berbagai disiplin ilmu agar mereka bisa mendapat jawaban masalah tersebut dan mereka terus mendatangi majelis pengajiannya.
Suatu ketika semua jama’ah sudah duduk, mulailah Syekh berbicara. Terlihatlah dari dadanya kilat memancarkan cahaya yang tak kelihatan, kecuali oleh orang yang Allah kehendaki. Kilat tersebut melintasi ratusan hati jamaah yang kelihatan pucat pasi. Keadaan pun menjadi gaduh. Mereka berteriak serentak dan akan mengoyak pakaian dan membuka surban mereka masing-masing. Selanjutnya mereka mencoba naik keatas kursi singgasana Syekh Abdul Qadir Al-Jailany dan meletakkan kepala mereka di atas dua kaki Syekh, sehingga keadaan para jama’ah dalam majlis pengajian tersebut semakin gemuruh. Suasana menjadi riuh seakan-akan kota Baghdad tengah terjadi gempa saja.
Kemudian Syekh memeluk setiap orang dan merapatkan kedua tangan ke dadanya, dan berkata kepada salah seorang diantara mereka :
”Jika masalah anda seperti itu, maka jawabannya adalah begini…, dan jika masalah anda begini maka jawabannya begini…..”
dan seterusnya sampai ratusan masalah para jamaah tersebut tuntas dijawab oleh Syekh.
Ketika majlis pengajian berakhir, seorang diantara mereka, Muffaris bin Nabhab, bertanya kepada para jamaah :
”Bagaimana keadaan kalian waktu itu ?”
mereka menjawab :
”Ketika kami berada di tengah pengajian, kami merasa kehilangan pengetahuan kami, dan ketika Syekh memeluk kami satu persatu, seakan apa yang kami ketahui tersebut kembali hadir dalam pengetahuan kami”
Syekh Abdul Qadir Al-Jailany tidak ingin memperdaya umat dengan keajaiban dan keanehan yang mereka lihat, tetapi beliau menekankan bahwa ilmu hakikat harus sesuai dengan koridor Syari’at dan ilmu Makrifat. Dan setiap pelanggaran terhadap ilmu Syari’at merupakan lubang jalan setan dalam perilaku, walaupun ia dianggap seorang wali.
Syekh abdul Qadir Al-Jailany Ra menuturkan :
”Dalam sebagian pengembaraan, saya pergi ke suatu daerah dan berdiam disana beberapa hari tanpa menemukan air, sehingga saya merasa sangat kehausan. Dalam keadaan seperti itu, tampak mendung menyelimuti dan turunlah hujan, saya meredakan dahaga dengannya sehingga merasa segar kembali. Kemudian muncullah sosok terang di cakrawala dan berseru :
”Hai Abdul Qadir, Aku adalah Tuhanmu! Aku telah memperbolehkan kepadamu setiap yang diharamkan”
Kemudia saya berkata :
” Aku berlindung dari godaan setan yang terkutuk”
Seketika cahaya tersebut berubah gelap kembali dan sosok tersebut berubah menjadi asap. Lantas asap tersebut mengeluarkan suara :
”Hai Abdul Qadir! Kamu selamat dari godaanku, karena ilmu yang kamu miliki dengan hikmah-hikmah Tuhanmu, dan kekuatanmu dalam kemulian derajatmu, sebab pada saat ini, aku telah menyesatkan 70 ahli Thariqat”
Saya menyahut :
” Segala keutamaan dan curahan rejeki adalah milik Tuhanku”
Ada seorang yang bertanya kepada Syekh Abdul Qadir aL-Jailany Ra:
“ Bagaimana anda tahu kalau itu setan?”
Syekh menjawab :
”Betulkah Dia ( Tuhan ) telah menghalalkan yang haram untukmu?”
Dalam kesempatan lain, Syekh Abdul Qadir al-Jailany memberi wejangan agar memegang teguh Kitabullah dan sunnah Rasul dan konsisten mengikuti Nabi Muhammad SAW:
”Setiap Hakikat yang tidak terlihat dasar syari’atnya adalah Zindiq. Terbanglah kepada Al-Haqq dengan dua sayap kitabullah dan Sunnah Rasul. Masuklah kepadanya dan genggamlah oleh tanganmu tangan Rasul SAW; jadikanlah beliau sebagai menteri dan guru sekaligus, eratkan tangannya agar menghiasimu, menyisirmu dan membuatmu tampil”
Suatu saat Syekh Abdul Qadir ditanya tentang
“cara memperoleh Semangat” ( untuk beribadah );
Beliau menjawab :
”Caranya adalah dengan menelanjangi ( membebaskan ) diri dari kecintaan terhadap dunia, mempertautkan jiwa hanya dengan akherat, menyatukan kehendak hati dengan kehendak Allah swt dan membersihkan batin dari ketergantungan kepada makhluk.”
Saat ditanya tentang “Menangis”;
Beliau berkata:
”menangislah kamu karena Allah swt, menangislah karena jauh darinya dan menangislah untuknya.”
Saat ditanya tentang “Dunia”;
Beliau berkata:
”Keluarkanlah ia dari hatimu kedalam tanganmu! Dengan begitu ia tidak mencelakakanmu.”
Dan ketika ditanya tentang “Syukur”,
beliau berkata:
”Hakikat Syukur adalah mengakui dengan penuh ketundukan terhadap nikmat si Pemberi nikmat, mempersaksikan karunianya dan memelihara kehormatannya dengan menyadari, sesungguhnya bahwa kita tidak akan sanggup untuk bersyukur dalam artian yang sebenarnya.”
Beliau berkata:
”Orang miskin yang sabar karena Allah swt menghadapi kemiskinannya adalah lebih baik daripada orang kaya yang bersyukur kepadanya. Orang Miskin yang bersyukur adalah lebih baik dari kedua orang di atas. Sedangkan Orang Miskin yang sabar dan bersyukur adalah lebih baik dari mereka semua. Tidak ada yang sabar menjalani Ujian, kecuali orang yang tahu akan hakikat ujian tersebut.”
Ketika ditanya tentang al-Baqa ( keabadian),
beliau menjawab :
”Tidaklah keabadian itu melainkan dengan perjumpaan dengan Allah swt, sedangkan perjumpaan dengan Allah swt itu adalah seperti kedipan mata, atau lebih cepat dari itu. Di antara ciri orang yang akan berjumpa dengan tuhannya adalah tidak terdapat sesuatu yang bersifat fana pada dirinya sama sekali. Sebab keabadian dan fana adalah dua sifat yang saling bertolak belakang.”
Beliau pernah berkata :
”Makhluk adalah tabir penghalang bagi dirimu, dan dirimu adalah tabir penghalang bagi tuhanmu. Selama kamu melihat makhluk, selama itu pula kamu tidak melihat dirimu, selama itu pula kamu tidak melihat tuhanmu.”
Di antara akhlak beliau yang sangat mulia dan agung adalah selalu berada disamping orang-orang kecil dan para hamba sahaya untuk mengayomi mereka. Beliau senantiasa bergaul dengan orang-orang miskin, sambil membersihkan pakaian mereka. Beliau sama sekali tidak pernah mendekati para pembesar atau para pembantu Negara. Juga sama sekali tidak pernah mendekati rumah seorang menteri atau raja.
Suatu saat Syekh Abdul Qadir Al-Jailany mengungkapkan ilham batinnya dalam pengajiannya, meski yang hadir jumlahnya mencapai 70 000 orang. Cerita ini sudah banyak yang meriwayatkan secara mutawatir. Syekh Abu Bakar Al’Imad berkata :
“Tatkala aku membaca mengenai permasalahan dasar-dasar agama, aku terjerembab dalam keraguan, sampai aku telat mengikuti pengajian Syekh Abdul Qadir.
Setelah aku berlalu, dia bicara :
“Akidah kita adalah akidah Salaf yang shaleh dan sahabat.”
Aku sepakat dengan tutur katanya; kataku dalam hati. Dia kemudian berbicara sembari menengok ke arahku dan beliau mengulangi sampai tiga kali, lalu beliau berkata :
”Hai Abu Bakar! Ayahmu telah datang” sedangkan ayahku sudah tiada, hingga aku berdiri bergegas. Jika Syekh memalingkan kepalanya dariku, maka ayahku datang.
Begitu juga Al-Syuhrawardy bercerita hal yang sama :
”Aku berniat menekuni dasar-dasar agama, aku berkata kepada diriku sendiri bahwa aku perlu minta nasihat kepada Syekh Abdul Qadir, lalu aku datangi beliau.
Lantas beliau berbicara kepadaku sebelum aku mengutarakan niatku :
”Hai Umar, apa persiapan menuju kematian? Hai Umar, apa saja persiapan menuju kematian?”
Kala Syekh Abdul Qadir Al-Jailany masih muda, yakni ketika menekuni ilmu, dan menapaki “Hal”( kondisi ruhani ), serta berpetualang ke padang pasir siang malam, selalu terlihat dengan wajah serius, sampai beliau mendengar para pengembara padang pasir berteriak dahsyat, hingga beliau mengira mereka mati. Setelah itu, beliau berkeinginan kuat untuk keluar dari Baghdad, lalu beliau mendengar suara dari jauh ;”kembali kepada manusia karena dirimu punya daya guna”
Cerita diatas menggambarkan betapa beliau dicintai banyak jama’ah nya; mereka kembali kepada agama melalui kefigurannya, dan banyak orang nasrani dan yahudi yang masuk islam melalui tangannya.
Ada cerita dari Abu Al-Tsana’ Al-Nahramulky :”Kami mendapat cerita bahwa lalat tidak mau menghinggapi Syekh Abdul Qadir. Lalu aku mendatangi beliau, beliau berkata :”Apa yang telah diperbuat lalat terhadapku? Tidak ada racun dunia dan pula madu akhirat.”
Beberapa Gelar Syeikh Abdul Qadir
• Muhyiddin was Sunnah ( Tokoh yang menghidupkan agama dan sunah )
• Mumitul Bid’ah ( Tokoh yang menghapuskan bid’ah )
• Al-Imamuz zahid ( Pemimpin yang zuhud dalam kehidupannya )
• Al-Ariful Qudwah ( Gelar untuk seorang tokoh yang termasyhur dan menjadi suri teladan)
• Syaikhul Islam
• As-Sultanul Awlia ( Pemimpin para wali )
• Al-Asfiya ( Imam para sufi)
• Wali Quthb.
Murid-murid Syekh Abdul Qadir Al-Jilany
• Syekh Abu Ali bin Musallam bin Abi Al-Jud Al-Farisi Al-Iraqi
• Syekh Abu Abdullah Muhammad bin Abu Ma’ali bin Qayyid Al-Awwani
• Syekh Abu Qasim Abdul Malik bin Isa bin Dirbas
• Syekh Abu Muhammad Abdul Ghani bin Abdul Wahid bin Ali As-Surur
• Syekh Abu Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Muhammad bin Qudamah bin Miqdam bin Nassar Al-Maqdisi
• Syekh Abu Ma’ali Ahmad bin Abdul Ghani bin Muhammad bin Hanifah Al-Bajisrani
• Abul Mahasin Umar bin Ali bin Khidhr Al-Quraisyi
Wafatnya Syekh Abdul Qadir Al-Jailany
Periode pertama dalam hidupnya, diisi dengan menuntut ilmu sekaligus mengumpulkan dan menyusun karya dari ilmu tersebut. Sampai ketika menginjak usia 40 tahun, beliau membuka pengajian mengenai ilmu kalam dan konsultasi keagamaan pada sekolahnya di Babulizaj, Baghdad, yaitu sejak tahun 521-561 H.
Sekian lama beliau mengajar dan memberi fatwa di madrasahnya, yaitu selama 33 tahun, sejak 528 H- 561 H. beliau tidak menyisakan waktu kecuali untuk menginfaqkan ilmu dan semangatnya dari pengajaran sampai memberi teladan zuhud, ibadah dan makrifat. Usia Syekh Abdul Qadir Al-Jailany 91 tahun saat wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir tahun 561 H/ 1166 M, dan dikuburkan di perguruannya di Babulizaj, Baghdad.
Pengelolaan madrasah diteruskan oleh anak-anak beliau; Abdul Wahhab ( 552 H/ 1151 M – 593 H/ 1197 M) dan Abdul Salam ( 548 H/1151 M – 611 H/1213 M). Di masa Abdul Salam, Tareqat Qadariyah berkembang pesat.
Wasiat dan Nasihat Syekh Abdul Qadir Al-Jailany.
• Ikutilah Sunnah rasul dengan penuh keimanan, jangan mengerjakan bid’ah, patuhlah selalu kepada Allah swt dan Rasulnya, janganlah melanggar. Junjung tinggi tauhid, jangan menyukutukan Allah swt, selalu sucikan Allah swt, dan jangan berburuk sangka kepadanya. Pertahankanlah kebenarannya, jangan ragu sedikitpun. Bersabarlah selalu, jangan menunjukkan ketidak sabaran. Beristiqomahlah dengan berharap kepadanya; bekerja samalah dalam ketaatan, jangan berpecah belah. Saling mencintailah, dan jangan saling mendendam.
• Tabir penutup kalbumu tak akan tersibak selama engkau belum lepas dari alam ciptaan; tidak berpaling darinya dalam keadaan hidup selama hawa nafsumu belum pupus; selama engkau melepaskan diri dari kemaujudan dunia dan akhirat; selama jiwamu belum bersatu dengan kehendak Allah swt dan cahayanya. Jika jiwamu bersatu dengan kehendak Allah swt dan mencapai kedekatan denganNya lewat pertolonganNya. Makna hakiki bersatu dengan Allah swt ialah berlepas diri dari makhluq dan kedirian; serta sesuai dengan kehendaknya tanpa gerakmu; yang ada hanya kehendaknya. Inilah keadaan fana dirimu; dan dalam keadaan itulah engkau bersatu denganNya; bukan dengan bersatu dengan ciptaannya. Sesuai Firman Allah swt :”Tak ada sesuatupun yang serupa dengannnya. Dan dialah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat”
( Dikutip dari buku Rahasia dibalik Rahasia dan Al-Kisah no. 10 / tahun III / 9-22 Mei 2005 )
Kamis, 27 Februari 2014
Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih Al-Alawy
Bismillahirrohmanirrohiim
Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih Al-Alawy
Hafal Ribuan Hadits
Kota Bunga, Malang, Jawa Timur, ada seorang auliya’ yang terkenal karena ketinggian ilmunya. Ia juga hafal ribuan hadits bersama dengan sanad-sanadnya.Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut, pada hari Selasa 15 Safar tahun 1316 H/1896 M. Saat bersamaan menjelang kelahirannya, salah seorang ulama besar, Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf, bermimpi bertemu Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam mimpi itu Syekh Abdul Qadir Jailani menitipkan kitab suci Al-Quranul Karim kepada Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf agar diberikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Bilfagih.
Pagi harinya Habib Syaikhan menceritakan mimpinya kepada Habib Ahmad. Habib Ahmad mendengarkan cerita dari Habib Syaikhan, kemudian berkata, ”Alhamdulillah, tadi malam aku dianugerahi Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyarat takwil mimpimu bertemu Syekh Abdul Qadir Jailani yang menitipkan Al-Quranul Karim agar disampaikan kepadaku. Oleh karena itu, putraku ini kuberi nama Abdul Qadir, dengan harapan, Allah SWT memberikan nama maqam dan kewalian-Nya sebagaimana Syekh Abdul Qadir Jailani.”
Demikianlah, kemudian Habib Ahmad memberi nama Abdul Qadir karena mengharap berkah (tafa’ul) agar ilmu dan maqam Abdul Qadir seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Sejak kecil, ia sangat rajin dan tekun dalam mencari ilmu. Sebagai murid, ia dikenal sangat cerdas dan tangkas dalam menerima pelajaran. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai orang yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu dan menaruh penghormatan yang tinggi kepada guru-gurunya. Tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu bila tidak memuliakan ahli ilmu, demikian filosofi yang terpatri dalam kalbu Habib Abdul Qadir.
Pernah suatu ketika di saat menuntut ilmu pada seorang mahaguru, ia ditegur dan diperingatkan, padahal Habib Abdul Qadir waktu itu pada pihak yang benar. Setelah memahami dan mengerti bahwa sang murid berada di pihak yang benar, sang guru minta maaf. Namun, Habib Abdul Qadir berkata, ”Meskipun saya benar, andaikan Paduka memukul muka hamba dengan tangan Paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikit pun dalam diri hamba ini.” Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana seorang murid harus bersopan-santun pada gurunya.
Guru-guru Habib Abdul Qadir, antara lain, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiry, Habib Alwy bin Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor, Syekh Segaf bin Hasan Alaydrus, Syekh Imam Muhammad bin Abdul Qadir Al-Kattany, Syekh Umar bin Harridan Al-Magroby, Habib Ali bin Zain Al-Hadi, Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy, Syekh Abubakar bin Ahmad Al-Khatib, Syekh Abdurrahman Bahurmuz.
Wallahu a`lam
Rabu, 19 Februari 2014
PROSESI PEMBUATAN PERAHU NABI NUHA AS., PENYEMPURNANYA ADALAH DIUKIR NAMA 4 KHULAFAUR RASYIDIN
Bismillahirrohmanirrohiim
فلما صار الخشب عند نوح قال يارب وكيف أصنع هذه السفينة فأوحى الله تعالى الى جبرائيل أن يعلمه كيف يصنع السفينة فكان نوح يصنع الخشب ألواحا ويلصق بعضها ببعض ويسمره بالمسامير الحديد ثم جعل رأسها كرأس الطاووس وذنبها كذنب الديك ومنقارها كمنقار البازى وأجنحتها كأجنحة العقاب ووجهها كوجه الحمامة وجعلها ثلاث طباق وقيل سبع طبقات قال ابن عباس رضى الله عنهما كان طولها ألف ذراع وعرضها ستمائة ذراع وارتفاعها ثلاثمائة ذراع ويروى أنه أقام فى أعمالها أربعين سنة فكان القوم يسخرون منه ويقولون له يانوح قد تركت النبوة وصرت نجارا. قال الكسائى كان القوم اذا أتى الليل يطلقون النار فى خشب السفينة فلم تعمل فيه النار فيقولون هذا من سحر نوح فلما أشرقت السفينة على الفراغ طلاها بالزفت والقير ثم أوحى الله تعالى اليه بأن يسمر فى جوانبها أربعة مسامير وينقش على كل مسمار منها عينا فقال نوح يارب ما فائدة ذلك فأوحى الله اليه هذه أسماء أصحاب محمد وهم عبد الله أبو بكر وعمر وعثمان وعلى رضى الله عنهم أجمعين فلاتتم السفينة إلا أن تفعل ذلك ففعل نوح ما أمره الله به فتمت السفينة
Ketika kayu-kayu itu sudah berada di hadapan Nabi Nuh, lantas Nabi Nuh As. pun kebingungan seraya berkata: “Wahai Tuhan, bagaimanakah cara untuk membuat perahu?”
Kemudian Allah Swt. memerintahkan Malaikat Jibril As. agar mengajari Nabi Nuh As. membuat perahu. Lalu Nabi Nuh menjadikan kayu-kayu tersebut sebuah papan dan menggabungkannya satu sama lain serta memakunya dengan paku besi. Seterusnya Nabi Nuh As. menjadikan bagian depan (kepala) perahu seperti kepala burung merak, ekornya seperti ekor ayam jago, paruhnya seperti paruh burung gagak, sayapnya seperti sayap elang dan wajahnya seperti wajah burung merpati dan kemudian menjadikannya 3 tingkat, pendapat lain mengatakan 7 tingkat.
Ibnu Abbas Ra. berkata: “Perahu Nabi Nuh As. panjangnya 1000 dzira’, lebarnya 600 dzira’ dan tingginya 300 dzira’.”
Konon Nabi Nuh As. membuat perahu itu selama 40 tahun. Sampai semua kaumnya pun menghina dan meremehkan nabi mereka sendiri dengan berkata: “Wahai Nuh, kamu telah meninggalkan kenabian dan menjadi tukang kayu.”
Al-Kisai kemudian berkata bahwa pada suatu malam, kaum Nabi Nuh keluar dan berusaha menyalakan api untuk membakar kayu perahu tersebut. Akan tetapi apinya tidak bisa menyala. Lantas mereka berkata: “Ini adalah sihirnya Nuh.”
Disaat pembuatan perahu sudah hampir jadi, maka Nabi Nuh As. melapisinya dengan aspal. Kemudian Allah Swt. mewahyukan kepadanya agar memberi 4 paku di samping kanan dan kiri perahu dan memberinya ukiran di setiap satu pakunya. Lalu Nabi Nuh As. berkata: “Ya Tuhan, apa faidahnya hal itu?”
Allah berfirman: “Ini adalah nama-nama sahabat Nabi Muhammad Saw. Mereka adalah hamba Allah yang bernama Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali Ra. Perahu ini takkan bisa sempurna sehingga engkau melakukan hal tersebut.”
Maka Nabi Nuh As. pun melakukan apa yang diperintahkan Allah Swt. dan jadilah perahu tersebut dengan sempurna. (Bada-i’ az-Zuhur fi Waqa-i’ ad-Duhur halaman 52).
Wallahu a`lam
WANITA YANG TIDAK MENCIUM BAU SYURGA
Bismillahirrohmanirrohiim
Ada tiga gaya, penampilan atau mode yang membuat wanita muslimah diancam tidak akan mencium bau surga. Padahal bau surga dapat dicium dari jarak sekian dan sekian. Di antara penampilan yang diancam seperti itu adalah gaya wanita yang berpakaian namun telanjang. Yang kita saksikan saat ini, banyak wan
ita berjilbab atau berkerudung masih berpenampilan ketat dan seksi.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , beliau berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ﺻِﻨْﻔَﺎﻥِ ﻣِﻦْ ﺃَﻫْﻞِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ ﻟَﻢْ ﺃَﺭَﻫُﻤَﺎ ﻗَﻮْﻡٌ ﻣَﻌَﻬُﻢْ ﺳِﻴَﺎﻁٌ ﻛَﺄَﺫْﻧَﺎﺏِ
ﺍﻟْﺒَﻘَﺮِ ﻳَﻀْﺮِﺑُﻮﻥَ ﺑِﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻭَﻧِﺴَﺎﺀٌ ﻛَﺎﺳِﻴَﺎﺕٌ ﻋَﺎﺭِﻳَﺎﺕٌ ﻣُﻤِﻴﻼَﺕٌ
ﻣَﺎﺋِﻼَﺕٌ ﺭُﺀُﻭﺳُﻬُﻦَّ ﻛَﺄَﺳْﻨِﻤَﺔِ ﺍﻟْﺒُﺨْﺖِ ﺍﻟْﻤَﺎﺋِﻠَﺔِ ﻻَ ﻳَﺪْﺧُﻠْﻦَ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔَ
ﻭَﻻَ ﻳَﺠِﺪْﻥَ ﺭِﻳﺤَﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥَّ ﺭِﻳﺤَﻬَﺎ ﻟَﻴُﻮﺟَﺪُ ﻣِﻦْ ﻣَﺴِﻴﺮَﺓِ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻛَﺬَﺍ
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat:
(1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan
(2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).
Tiga Sifat Wanita yang Tidak Mencium Bau Surga
Dalam hadits di atas disebutkan beberapa sifat wanita yang diancam tidak mencium bau surga di mana disebutkan,
ﻭَﻧِﺴَﺎﺀٌ ﻛَﺎﺳِﻴَﺎﺕٌ ﻋَﺎﺭِﻳَﺎﺕٌ ﻣُﻤِﻴﻼَﺕٌ ﻣَﺎﺋِﻼَﺕٌ ﺭُﺀُﻭﺳُﻬُﻦَّ ﻛَﺄَﺳْﻨِﻤَﺔِ
ﺍﻟْﺒُﺨْﺖِ ﺍﻟْﻤَﺎﺋِﻠَﺔ
ِ
Yaitu para wanita yang:
(1) berpakaian tetapi telanjang,
(2) maa-ilaat wa mumiilaat ,
(3) kepala mereka seperti punuk unta yang miring.
Apa yang dimaksud ketiga sifat ini? Berikut keterangan dari Imam Nawawi dalam Al Minhaj Syarh Shahih Muslim.
(1) Wanita yang berpakaian tetapi telanjang.
Ada beberapa tafsiran yang disampaikan oleh Imam Nawawi:
1- wanita yang mendapat nikmat Allah, namun enggan bersyukur
kepada-Nya.
2- wanita yang menutup sebagian tubuhnya dan menyingkap sebagian lainnya
3- wanita yang memakai pakaian yang tipis yang menampakkan
warna badannya.
(2) Wanita yang maa-ilaat wamumiilaat
Ada beberapa tafsiran mengenai hal ini:
1- Maa-ilaat yang dimaksud adalah tidak taat pada Allah dan tidak mau menjaga yang mesti dijaga.
Mumiilaat yang dimaksud adalah mengajarkan yang lain untuk berbuat sesuatu yang tercela.
2- Maa-ilaat adalah berjalan sambil memakai wangi-wangian dan mumilaat yaitu berjalan sambil menggoyangkan kedua pundaknya atau bahunya.
3- Maa-ilaat yang dimaksud adalah wanita yang biasa menyisir rambutnya sehingga bergaya sambil berlenggak lenggok bagai wanita nakal. Mumiilaat yang dimaksud adalah wanita yang menyisir rambut wanita lain supaya bergaya seperti itu.
(3) Wanita yang kepalanya seperti punuk unta yang miring, Maksudnya adalah wanita yang sengaja memperbesar kepalanya dengan mengumpulkan rambut di atas kepalanya seakan-akan memakai serban (sorban). (Lihat Syarh Shahih Muslim, terbitan Dar Ibnul Jauzi, 14: 98-99).
Mode Wanita Saat Ini …
Ada beberapa gaya yang bisa kita saksikan dari mode wanita muslimah saat ini yang diancam tidak mencium bau surga berdasarkan hadits di atas:
1- Wanita yang memakai pakaian tipis sehingga kelihatan warna kulit.
2- Wanita yang berpakaian tetapi telanjang karena sebagian tubuhnya terbuka dan lainnya tertutup.
3- Wanita yang biasa berhias diri dengan menyisir rambut dan memakerkan rambutnya ketika berjalan dengan berlenggak lenggok.
4- Wanita yang menyanggul rambutnya di atas kepalanya atau menambah rambut di atas kepalanya sehingga terlihat besar seperti mengenakan konde (sanggul).
5- Wanita yang memakai wangi-wangian dan berjalan sambil menggoyangkan pundak atau bahunya.
Semoga Allah memberi petunjuk pada wanita muslimah untuk berpakaian yang sesuai petunjuk Islam. Karena penampilan seperti ini yang lebih menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Aamiin
Wallahu a`lam
Rabu, 12 Februari 2014
LAPAR YANG PERNAH DI ALAMI RASULULLAH SAW
Bismillahirrohmanirrohiim
Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Tarmidzi dari Nu’man bin Basyir r.a bahwa ia berkata “Bukankah kamu sekarang bisa hidup bermewah-mewah dengan makan dan minum, apa saja yang kamu mau, kamu mendapatkannya. Aku pernah melihat Rasulullah Muhammad SAW hanya mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!”
Atau ada kisah juga seperti berikut ini. Pada suatu ketika Umar bin Khattab r.a menyebut apa-apa yang bisa dinikmati manusia sekarang ini dari dunia. Maka dia berkata” aku pernah melihat Rasulullah SAW seharian menanggung lapar, karena tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.”
Pernah juga kisah yang lain datang dari sahabat Abu Hurairah r.a , ia berkata “Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW ketika dia sedang sholat sambil duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu sholat sambil duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau: Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia.”
Subhanallah, inilah teladan agung dari seorang pemimpin yang harus menjadi contoh bagi kita semua.
Wallahu a`lam
Kamis, 30 Januari 2014
MENGAPA ISRAEL MENGINCAR ANAK-ANAK GAZA ..?!? ...
Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... “Saya bersumpah, akan saya bakar setiap anak yang dilahirkan di daerah (Palestina) ini. Perempuan dan anak-anak Palestina lebih berbahaya dibandingkan para pria dewasa, sebab keberadaan anak- anak Palestina menunjukkan bahwa generasi itu akan berlanjut ...”
[Ariel Sharon, PM Israel: 1956]
GRESI militer Israel yang dimulai dari 27 Desember 2008 silam tak pelak lagi memang memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang diketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900 orang lebih.
Total, sekitar di atas 1500 Muslim Gaza meninggal. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak- anak bukanlah kebetulan belaka.
Sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Khaled Misyal, pemimpin Hamas yang rumahnya sekarang ini kemungkinan dihantam roket juga, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz Al-Quran.
Anak-anak ini tampaknya yang menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Al-Quran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang- orang Yahudi.
Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Al-Quran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan Alquran. Tak ada main video-game atau mainan-mainan bagi mereka.
Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Pada tahun 2008, sekitar 500 anak penghafal Quran telah syahid.
Mari kita mendoakan agar situasi ini segera mereda, Amiiin ya Rabbal alamiin ...
# Foto Putra Putri dari Keluarga Palestine, Dhalou family Nov 19, 2012 – Gaza Under Attack by Israel. Hanya HATI yg BUTA yg menganggap agresi ISRAEL adalah hal biasa saja.
Wallahu a'lam bishshawab, .
Selasa, 28 Januari 2014
BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH
Bismillahirrohmanirrohiim
Nabi NUH belum tahu banjir akan datang ketika ia membuat
kapal & ditertawai kaumnya.
Nabi IBRAHIM belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.
Nabi MUSA belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.
Nabi MUHAMMAD SAW pun belum Tahu kalau Madinah adalah Kota Tersebarnya Ajaran yang dibawanya saat beliau diperintahkan berhijrah.
Yang Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh pada perintah Allah dan tanpa berhenti Berharap yang Terbaik.
Ternyata dibalik keTIDAKTAHUan kita, Allah telah menyiapkan SURPRISE saat kita menunaikan perintahNYA.
Pertolongan Allah datang di detik2 Terakhir dari Usaha Hamba-Nya.
Kalaupun Hasil Yang kita Usahakan masih Jauh dari Harapan , Usah kita berkecil hati.
Tetap HUZNUDZON apapun yang terjadi..
Berbaik sangkalah selalu kepada ALLAH....
Nabi IBRAHIM belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.
Nabi MUSA belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.
Nabi MUHAMMAD SAW pun belum Tahu kalau Madinah adalah Kota Tersebarnya Ajaran yang dibawanya saat beliau diperintahkan berhijrah.
Yang Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh pada perintah Allah dan tanpa berhenti Berharap yang Terbaik.
Ternyata dibalik keTIDAKTAHUan kita, Allah telah menyiapkan SURPRISE saat kita menunaikan perintahNYA.
Pertolongan Allah datang di detik2 Terakhir dari Usaha Hamba-Nya.
Kalaupun Hasil Yang kita Usahakan masih Jauh dari Harapan , Usah kita berkecil hati.
Tetap HUZNUDZON apapun yang terjadi..
Berbaik sangkalah selalu kepada ALLAH....
Wallahu a`lam
Minggu, 26 Januari 2014
PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN BID'AH
Bismillahirrohmanirrohiim
Tdk sedikit dari segolongan qoum yg mengartikan BID’AH dengan arti :
“SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”
Adappun qoul dari beberapa ‘ulamaa dlm mengartikan BID’AH di antaranya sebagai berikut:
1. Imam Al-’Iz bin ‘Abdissalam berkata :
هِيَ فِعْلُ مَا لَمْ يُعْهَدْ فِي عَهْدِ الرَّسُوْلِ
((Bid’ah adalah mengerjakan perkara yang tidak ada di masa Rasulullah)) (Qowa’idul Ahkam 2/172)
2. Imam An-Nawawi berkata :
هِيَ إِحْدَاثُ مَا لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ
((Bid’ah adalah mengada-ngadakan sesuatu yang tidak ada di masa Rasulullah)) (Tahdzibul Asma’ wal lugoot 3/22)
3. Imam Al-’Aini berkata :
هِيَ مَا لَمْ يَكُنْ لَهُ أَصْلٌ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَقِيْلَ: إِظْهَارُ شَيْءٍ لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ وَلاَ فِي زَمَنِ الصَّحَابَةِ
((Bid’ah adalah perkara yang tidak ada asalnya dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dan dikatakan juga (bid’ah adalah) menampakkan sesuatu yang tidak ada pada masa Rasulullah dan tidak ada juga di masa para sahabat)) (Umdatul Qori’ 25/37)
4. Ibnu ‘Asaakir berkata :
مَا ابْتُدِعَ وَأُحْدِثَ مِنَ الأُمُوْرِ حَسَناً كَانَ أَوْ قَبِيْحًا
((Bid’ah adalah perkara-perkara yang baru dan diada-adakan baik yang baik maupun yang tercela)) (Tabyiinu kadzibil muftari hal 97)
5. Al-Fairuz Abadi berkata :
الحَدَثُ فِي الدَّيْنِ بَعْدَ الإِكْمَالِ، وَقِيْلَ : مَا استَحْدَثَ بَعْدَهُ مِنَ الأَهْوَاءِ وَالأَعْمَالِ
((Bid’ah adalah perkara yang baru dalam agama setelah sempurnanya, dan dikatakan juga : apa yang diada-adakan sepeninggal Nabi berupa hawa nafsu dan amalan)) (Basoir dzawi At-Tamyiiz 2/231)
6. Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom. Beliau mengatakan bahwa BIDAH adalah:
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syari’at , yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Dari 6(enam) ulama yg telah sy kutipkan qoul-qoulnya diatas ternyata tdk ada satupun yg mengartikan bid’ah dg arti : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”
PERTANYAAN SAYA:
1. Bila ada yg mengartikan bid’ah dg arti : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”, dari mana arti tersebut mereka dapatkan atau qoul ulama yg mana yg mereka jadikan rujukannya.????
2.Bila bid’ah di artikan : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”, lantas bagaimana dg beberapa amaliah ibadah yg dilakukan oleh beberapa shohabat nabi berikut ini????:
A. Abu Hurairah berkata:
فَكَانَ خُبَيْبٌ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ الصَّلاَةَ عِنْدَ الْقَتْلِ (رواه البخاريّ
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”. (HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah : 133 [8/340] dalam kitab al-Mushannaf)
B. Hadits riwayat Imam Bukhori dalam shohihnya II :284, hadits berasal dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqi yang menerangkan bahwa:
“Pada suatu hari aku sesudah shalat dibelakang Rasulullah saw. Ketika berdiri (I’tidal) sesudah ruku’ beliau saw. mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’. Salah seorang yang ma’mum menyusul ucapan beliau itu dengan berdo’a: ‘Rabbana lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubarakan fiihi’ (Ya Tuhan kami, puji syukur sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya atas limpahan keberkahan-Mu). Setelah shalat Rasulullah saw. bertanya : ‘Siapa tadi yang berdo’a?’. Orang yang bersangkutan menjawab: Aku, ya Rasul- Allah. Rasulullah saw. berkata : ‘Aku melihat lebih dari 30 malaikat ber-rebut ingin mencatat do’a itu lebih dulu’ “.
Hadits serupa diatas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik ra.
“Seorang dengan terengah-engah (Hafazahu Al-Nafs) masuk kedalam barisan (shaf). Kemudian dia mengatakan (dalam sholatnya) al-hamdulillah hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi (segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang banyak, bagus dan penuh berkah). Setelah Rasulullah saw. selesai dari sholatnya, beliau bersabda : ‘Siapakah diantara- mu yang mengatakan beberapa kata (kalimat) (tadi)’ ? Orang-orang diam. Lalu beliau saw. bertanya lagi: ‘Siapakah diantaramu yang mengatakannya ? Sesungguhnya dia tidak mengatakan sesuatu yang percuma’. Orang yang datang tadi berkata: ‘Aku datang sambil terengah-engah (kelelahan) sehingga aku mengatakannya’. Maka Rasulullah saw. bersabda: ‘Sungguh aku melihat dua belas malaikat memburunya dengan cepat, siapakah diantara mereka (para malaikat) yang mengangkatkannya (amalannya ke Hadhirat Allah) “.
(Shohih Muslim 1:419 ).
Sementara dua bentuk amaliah ibadah yg dilakukan oleh Shohabat nabi tsb tdk pernah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw'
Kesimpulannya bahwa tdk ada satupun ulama yg mengartikan bid'ah dg arti "SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW."
Oleh karena arti bid'ah secara umum adalah "perkara yang tidak ada di masa Rasulullah'' maka para ulama membagi bid'ah menjadi beberapa bagian, di antaranya:
1. Menurut Imam Syafii
"Bid'ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama sesuatu yg baru yg menyalahi Qur'an atau Sunnah atau Ijma', dan itu disebut bid'ah dlolalah. Kedua, sesuatu yg baru dlm kebaikan yg tidak menyalahi Qur'an, Sunnah dan Ijma' dan itu disebut bid'ah yg tidak tercela (bid'ah hasanah)." (Kitab Manaqib Syafii,karya Imam Baihaqi juz 1 hal. 469)
2. Menurut Imam Ibn Abdilbarr (seorang hafidz {hafal lebih dari 400 ribu hadits} dan faqih dari Madzhab Maliki)
"Adapun perkataan Umar, sebaik-baik bid'ah, maka bid'ah berdasar lisan arab (bahasa arab) adalah menciptakan dan memulai sesuatu yang belum pernah ada. Maka apabila bid'ah tersebut dlm masalah agama menyalahi sunnah yg telah berlaku, maka itu bid'ah yg tidak baik, wajib mencela dan melarangnya, menyuruh menjauhinya dan meninggalkan pelakunya apabila telah jelas keburukan alirannya. Sedangkan bid'ah yg tidak menyalahi syari'at dan sunnah, maka itu (termasuk) sebaik-baik bid'ah (bid'ah hasanah) (Kitab al-Istidzkaar juz 5 hal. 152)
3. Menurut Imam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (Imam Nawawi)
"Bid'ah terbagi menjadi dua, bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah qobihah (buruk) (Kitab Tahdzibil-asmaa' wal-lughot, karya Imam Nawawi juz 3 hal. 22)
4. Menurut Imam Hafidz Ibn Atsir al-Jazari dlm kitabnya an-Nihayah fi ghoribil-hadits wal-atsar.
"Bid'ah ada dua macam; bid'ah huda (sesuai petunjuk agama) dan bid'ah dlolal (sesat)
5. Menurut Imam Qodhi Abu Bakar Ibn Arabi al-Maliki (Ibn Arabi) dlm kitab karyanya "Aridzat al-Ahwadzi Syarh Jami' al-Tirmidzi,
"Umar berkata: "Ini sebaik-baik bid'ah". Bid'ah yg dicela hanyalah bid'ah yg menyalahi sunnah.
6. Menurut Imam Ibn Hajar Al-Atsqolani dlm kitabnya Fathul Bari juz 4 hal. 253
"Sebenarnya, apabila bid'ah itu masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap baik menurut syara', maka disebut bid'ah hasanah. Bila masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap buruk oleh syara', maka disebut bid'ah mustaqbahah (tercela)."
7. Menurut Imam al-'Aini (762-855 H) serang hafidz (yg hafal ratusan ribu hadits) dan faqih yg bermadzhab Hanafi berkata dlm kitabnya 'Umdat al-Qori juz 11 hal. 126:
"Bid'ah pada mulanya adalah mengerjakan sesuatu yg belum pernah adaa pd masa Rosulullah saw. Kemudian bid'ah itu ada dua macam. Apabila masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap baik oleh syara' maka dsebut bid'ah hasanah, Apabila masuk dibawah naungan sesuatu yg dianggap buruk oleh syara', maka disebut bid'ah mustaqbahah (tercela)."
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa menurut para Ulama' Ahlussunnah wal Jama'ah bid'ah terbagi menjadi dua, yaitu:
1. bid'ah hasanah (bid'ah yg sesuai dg dalil syara'/Qur'an dan Hadits Nabi saw.)
2. bid'ah dlolalah (bid'ah yg bertentangan dg dalil syara'/Qur'an dan Hadits Nabi saw.)
Demikian uraian singkat tentang BID'AH.
Semoga ada manfaatnya.
Disusun oleh ; Nashrul Mukmin
Tdk sedikit dari segolongan qoum yg mengartikan BID’AH dengan arti :
“SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”
Adappun qoul dari beberapa ‘ulamaa dlm mengartikan BID’AH di antaranya sebagai berikut:
1. Imam Al-’Iz bin ‘Abdissalam berkata :
هِيَ فِعْلُ مَا لَمْ يُعْهَدْ فِي عَهْدِ الرَّسُوْلِ
((Bid’ah adalah mengerjakan perkara yang tidak ada di masa Rasulullah)) (Qowa’idul Ahkam 2/172)
2. Imam An-Nawawi berkata :
هِيَ إِحْدَاثُ مَا لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ
((Bid’ah adalah mengada-ngadakan sesuatu yang tidak ada di masa Rasulullah)) (Tahdzibul Asma’ wal lugoot 3/22)
3. Imam Al-’Aini berkata :
هِيَ مَا لَمْ يَكُنْ لَهُ أَصْلٌ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَقِيْلَ: إِظْهَارُ شَيْءٍ لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ وَلاَ فِي زَمَنِ الصَّحَابَةِ
((Bid’ah adalah perkara yang tidak ada asalnya dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dan dikatakan juga (bid’ah adalah) menampakkan sesuatu yang tidak ada pada masa Rasulullah dan tidak ada juga di masa para sahabat)) (Umdatul Qori’ 25/37)
4. Ibnu ‘Asaakir berkata :
مَا ابْتُدِعَ وَأُحْدِثَ مِنَ الأُمُوْرِ حَسَناً كَانَ أَوْ قَبِيْحًا
((Bid’ah adalah perkara-perkara yang baru dan diada-adakan baik yang baik maupun yang tercela)) (Tabyiinu kadzibil muftari hal 97)
5. Al-Fairuz Abadi berkata :
الحَدَثُ فِي الدَّيْنِ بَعْدَ الإِكْمَالِ، وَقِيْلَ : مَا استَحْدَثَ بَعْدَهُ مِنَ الأَهْوَاءِ وَالأَعْمَالِ
((Bid’ah adalah perkara yang baru dalam agama setelah sempurnanya, dan dikatakan juga : apa yang diada-adakan sepeninggal Nabi berupa hawa nafsu dan amalan)) (Basoir dzawi At-Tamyiiz 2/231)
6. Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom. Beliau mengatakan bahwa BIDAH adalah:
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syari’at , yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Dari 6(enam) ulama yg telah sy kutipkan qoul-qoulnya diatas ternyata tdk ada satupun yg mengartikan bid’ah dg arti : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”
PERTANYAAN SAYA:
1. Bila ada yg mengartikan bid’ah dg arti : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”, dari mana arti tersebut mereka dapatkan atau qoul ulama yg mana yg mereka jadikan rujukannya.????
2.Bila bid’ah di artikan : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”, lantas bagaimana dg beberapa amaliah ibadah yg dilakukan oleh beberapa shohabat nabi berikut ini????:
A. Abu Hurairah berkata:
فَكَانَ خُبَيْبٌ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ الصَّلاَةَ عِنْدَ الْقَتْلِ (رواه البخاريّ
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”. (HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah : 133 [8/340] dalam kitab al-Mushannaf)
B. Hadits riwayat Imam Bukhori dalam shohihnya II :284, hadits berasal dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqi yang menerangkan bahwa:
“Pada suatu hari aku sesudah shalat dibelakang Rasulullah saw. Ketika berdiri (I’tidal) sesudah ruku’ beliau saw. mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’. Salah seorang yang ma’mum menyusul ucapan beliau itu dengan berdo’a: ‘Rabbana lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubarakan fiihi’ (Ya Tuhan kami, puji syukur sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya atas limpahan keberkahan-Mu). Setelah shalat Rasulullah saw. bertanya : ‘Siapa tadi yang berdo’a?’. Orang yang bersangkutan menjawab: Aku, ya Rasul- Allah. Rasulullah saw. berkata : ‘Aku melihat lebih dari 30 malaikat ber-rebut ingin mencatat do’a itu lebih dulu’ “.
Hadits serupa diatas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik ra.
“Seorang dengan terengah-engah (Hafazahu Al-Nafs) masuk kedalam barisan (shaf). Kemudian dia mengatakan (dalam sholatnya) al-hamdulillah hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi (segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang banyak, bagus dan penuh berkah). Setelah Rasulullah saw. selesai dari sholatnya, beliau bersabda : ‘Siapakah diantara- mu yang mengatakan beberapa kata (kalimat) (tadi)’ ? Orang-orang diam. Lalu beliau saw. bertanya lagi: ‘Siapakah diantaramu yang mengatakannya ? Sesungguhnya dia tidak mengatakan sesuatu yang percuma’. Orang yang datang tadi berkata: ‘Aku datang sambil terengah-engah (kelelahan) sehingga aku mengatakannya’. Maka Rasulullah saw. bersabda: ‘Sungguh aku melihat dua belas malaikat memburunya dengan cepat, siapakah diantara mereka (para malaikat) yang mengangkatkannya (amalannya ke Hadhirat Allah) “.
(Shohih Muslim 1:419 ).
Sementara dua bentuk amaliah ibadah yg dilakukan oleh Shohabat nabi tsb tdk pernah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw'
Kesimpulannya bahwa tdk ada satupun ulama yg mengartikan bid'ah dg arti "SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW."
Oleh karena arti bid'ah secara umum adalah "perkara yang tidak ada di masa Rasulullah'' maka para ulama membagi bid'ah menjadi beberapa bagian, di antaranya:
1. Menurut Imam Syafii
"Bid'ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama sesuatu yg baru yg menyalahi Qur'an atau Sunnah atau Ijma', dan itu disebut bid'ah dlolalah. Kedua, sesuatu yg baru dlm kebaikan yg tidak menyalahi Qur'an, Sunnah dan Ijma' dan itu disebut bid'ah yg tidak tercela (bid'ah hasanah)." (Kitab Manaqib Syafii,karya Imam Baihaqi juz 1 hal. 469)
2. Menurut Imam Ibn Abdilbarr (seorang hafidz {hafal lebih dari 400 ribu hadits} dan faqih dari Madzhab Maliki)
"Adapun perkataan Umar, sebaik-baik bid'ah, maka bid'ah berdasar lisan arab (bahasa arab) adalah menciptakan dan memulai sesuatu yang belum pernah ada. Maka apabila bid'ah tersebut dlm masalah agama menyalahi sunnah yg telah berlaku, maka itu bid'ah yg tidak baik, wajib mencela dan melarangnya, menyuruh menjauhinya dan meninggalkan pelakunya apabila telah jelas keburukan alirannya. Sedangkan bid'ah yg tidak menyalahi syari'at dan sunnah, maka itu (termasuk) sebaik-baik bid'ah (bid'ah hasanah) (Kitab al-Istidzkaar juz 5 hal. 152)
3. Menurut Imam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (Imam Nawawi)
"Bid'ah terbagi menjadi dua, bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah qobihah (buruk) (Kitab Tahdzibil-asmaa' wal-lughot, karya Imam Nawawi juz 3 hal. 22)
4. Menurut Imam Hafidz Ibn Atsir al-Jazari dlm kitabnya an-Nihayah fi ghoribil-hadits wal-atsar.
"Bid'ah ada dua macam; bid'ah huda (sesuai petunjuk agama) dan bid'ah dlolal (sesat)
5. Menurut Imam Qodhi Abu Bakar Ibn Arabi al-Maliki (Ibn Arabi) dlm kitab karyanya "Aridzat al-Ahwadzi Syarh Jami' al-Tirmidzi,
"Umar berkata: "Ini sebaik-baik bid'ah". Bid'ah yg dicela hanyalah bid'ah yg menyalahi sunnah.
6. Menurut Imam Ibn Hajar Al-Atsqolani dlm kitabnya Fathul Bari juz 4 hal. 253
"Sebenarnya, apabila bid'ah itu masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap baik menurut syara', maka disebut bid'ah hasanah. Bila masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap buruk oleh syara', maka disebut bid'ah mustaqbahah (tercela)."
7. Menurut Imam al-'Aini (762-855 H) serang hafidz (yg hafal ratusan ribu hadits) dan faqih yg bermadzhab Hanafi berkata dlm kitabnya 'Umdat al-Qori juz 11 hal. 126:
"Bid'ah pada mulanya adalah mengerjakan sesuatu yg belum pernah adaa pd masa Rosulullah saw. Kemudian bid'ah itu ada dua macam. Apabila masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap baik oleh syara' maka dsebut bid'ah hasanah, Apabila masuk dibawah naungan sesuatu yg dianggap buruk oleh syara', maka disebut bid'ah mustaqbahah (tercela)."
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa menurut para Ulama' Ahlussunnah wal Jama'ah bid'ah terbagi menjadi dua, yaitu:
1. bid'ah hasanah (bid'ah yg sesuai dg dalil syara'/Qur'an dan Hadits Nabi saw.)
2. bid'ah dlolalah (bid'ah yg bertentangan dg dalil syara'/Qur'an dan Hadits Nabi saw.)
Demikian uraian singkat tentang BID'AH.
Semoga ada manfaatnya.
Disusun oleh ; Nashrul Mukmin
Wallahu a`lam
Jumat, 24 Januari 2014
TANGIS DAN TAWA RASULULLAH SAW
Bismillahirrohmanirrohiim
Tangis Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam serupa dengan
tertawanya, tidak tersedu-sedu dan tidak berteriak- teriak seperti halnya
tertawanya beliau tidaklah terbahak-bahak namun kedua matanya berlinang hingga
meneteskan air mata, terdengar pada dada beliau desis napasnya.
Terkadang tangisan beliau sebagai bentuk ungkapan
kasih sayang terhadap orang yang meninggal atau pula sebagai
ungkapan rasa kekhawatiran dan belas kasih terhadap umatnya dan kadang karena
rasa takut kepada Allah atau ketika mendengar Al-Qur’an. Yang seperti itu
adalah tangisan yang timbul dari rasa rindu, cinta dan pengagungan bercampur
rasa takut kepada Allah.( Zadul Ma’ad 1/183.)
Abdullah bin Mas’ud menuturkan, Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda:
“Bacakan (Al-Qur’an) untukku.” Lalu katakan: “Wahai
Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam, aku baca untuk engkau padahal Al-Qur’an
turun kepadamu?” Beliau berkata: “Ya, Sesungguhnya saya ingin mendengarkannya
dari selainku.”
Lalu aku baca surat An-Nisa’ hingga sampai ayat :
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila
Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami
mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu
(sebagai umatmu).
Beliau lantas berkata: “Ya cukup.” Tiba-tiba air mata
beliau menetes.
Demikian pula Rasulullah
Shalallahu’alaihi Wassallam pernah menangis ketika menyaksikan salah satunya
cucunya yang nafasnya sudah mulai terputus-putus dan ketika putra beliau
Ibrahim meninggal, air mata beliau menetes karena belas kasih beliau kepadanya.
Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menangis ketika meninggalnya Ustman bin
Madh’un, beliau menangis ketika terjadi gerhana matahari lantas beliau shalat
gerhana dan beliau nienangis dalam shalatnya, kadang pula beliau menangis di saat
menunaikan shalat malam.
Diriwayatkan dari Tsabit Al-Bunaniy dari Muthorrif dari
bapaknya berkata: Saya menjumpai Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam
sedang dalam keadaan shalat, terdengar dalam perut beliau Al-Aziz (seperti
suara air yang mendidih dalam Mirjal yaitu bejana) maksudnya beliau sedang
menangis. (HR Ahmad, An-Nasa-i dan Abu Dawud serta Al-Baihaqi dalam
Asy-Syu’ab dan dishahihkan oleh Al-Albani 8 AI-Fath Ar-Rabbani
4/111.)
Al-Aziz adalah rintihan dalam perut dalam arti lain suara
tangis. Al-Mirjal dengan dikasroh mimnya adalah bejana yang difungsikan
untuk mendidihkan air yang terbuat dari besi, kuningan atau batu. Disebutkan
dalarn Al-Fath Ar-Rabbaniy : Makna ucapan tersebut adalah bahwa isi perut
nabi Shalallahu’alaihi Wassallam mendidih dari sebab beliau menangis dari rasa
takut kepada Allah. (Al Fath Ar Rabbani 4/111)
Terdapat dalam suatu riwayat bahwasanya beliau
Shalallahu’alaihi Wassallam mengatakan : Beberapa surat telah membuatku beruban
seperti surat Hud, Al-Waqi’ah, AlMursalaat, Amma Yatasa’alun dan
surat Idzassyamsyu Kuwwirat. (Shahihul-Jami’ no 3723.)
Adalah bacaannya Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bisa
membelah hati seseorang sebagaimana tertera dalam Ash-Shahihain dari Jubair bin
Muth’im, ia berkata :
Aku mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam
membaca surat Ath-Thur dalam shalat maghrib, tidaklah aku mendengar suara yang
paling bagus dari beliau. Dalam sebagian riwayat lain :Maka tatkala aku
mendengar beliau membaca:
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka
yang menciptakan (diri mereka
sendiri) ?” (Ath-Thur: 35)
Lantas ia mengatakan: Hampir saja jantungku terbang.
Berkata Ibnu Katsir Ketika Jubair mendengar ayat tersebut ia
masih musyrik menganut ajaran kaumnya, ia datang di saat terjadinya penebusan tawanan
perang setelah perang badar. Maka cukuplah bagi kamu dengan orang yang
bacaannya punya pengaruh terhadap orang yang getol kepada kekafirannya dan
itulah yang menjadi sebab ia mendapatkan hidayah, oleh karena itu, sebaik-baik
bacaan adalah yang muncul dari kekhusyukan hati. Thawus berkata: manusia
yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah yang mereka paling
takut kepada Allah.
Dinukil dari buku : Air Mata Iman, Kisah-kisah Salafus
Shaleh saat Membaca Al Qur’an
Wallahu a`lam
Rabu, 22 Januari 2014
MERAWAT ANAK SECARA ISLAMI
Bismillahirrohmanirrohiim
Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah. Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup. Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko. Lalu, bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat pada syariah?
Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar
Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak. Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ’sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
“Anak-anak sekarang beda dengan anak-anak dulu. Anak dulu kan takut dan segan sama orangtua dan guru. Sekarang, anak berani membantah dan susah diatur. Ada saja alasan mereka!”
Begitu rata-rata komentar para orangtua terhadap anaknya. Yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat. Sudah jamak para ibu ngomel-ngomel, bahkan sambil membentak, atau mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat. Di satu sisi banyak juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangannya dan menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.
Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak zaman dulu.
Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu: Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam. Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah. Tentu cara memberikannya bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak. Yang penting adalah merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita. Dalam hal shalat, misalnya, tidak bisa anak didoktrin dengan ancaman, “Pokoknya kalau kamu nggak shalat dosa. Mama nggak akan belikan hadiah kalau kamu malas shalat!”
Ajak dulu anak mengetahui informasi yang bisa merangsang anak untuk menalar mengapa dia harus shalat. Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan shalat.
Kedua, jadilah Anda teladan pertama bagi anak. Ini untuk menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli Anda—karena Anda hanya pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh.
Terbiasa memahami persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah sempurna akalnya, kita berharap, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh tren pergaulan atau takut dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.
Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini
Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).
Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah. Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan sering bersenandung mengagungkan asma Allah. Begitu sudah lahir, orangtua mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-Quran. Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah. Dengan begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya. Jika anak bisa memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah. Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang dicintai Allah.
Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-hukum syariah secara bertahap. Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah, misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.
Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya. Jangan sampai luput untuk mengajarkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pamrih duniawi.
Kerjasama Ayah dan Ibu
Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia melihat contoh real pada orangtuanya. Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan. Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih. Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.
Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari alasan agar tidak shalat. Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi batuk, nih…”
Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Anak juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.
Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.
Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim. Hal ini yang menjadikan si anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan dengan Islam.
Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi sosok pribadi anak. Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak harus di lakukan. Hanya dengan itu akan muncul generasi Islam yang taat syariah. Insya Allah. []
Sembilan Tips Mendidik Anak Taat Syariah:
Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah.
Ajak anak Anda mengidolakan pribadi Rasulullah.
Ajak anak Anda terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran.
Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah.
Siapkan reward (penghargaan) dan sakgsi yang mendidik untuk amal baik dan amal buruknya.
Yang terpenting, Anda menjadi teladan dalam beribadah dan beramal salih.
Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia balig.
Ramaikan rumah, mushola, dan masjid di lingkungan Anda dengan kajian Islam, dimana Anda dan anak Anda berperan aktif.
Ajarkan anak bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan dakwah Islam.
Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah. Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup. Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko. Lalu, bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat pada syariah?
Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar
Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak. Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ’sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
“Anak-anak sekarang beda dengan anak-anak dulu. Anak dulu kan takut dan segan sama orangtua dan guru. Sekarang, anak berani membantah dan susah diatur. Ada saja alasan mereka!”
Begitu rata-rata komentar para orangtua terhadap anaknya. Yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat. Sudah jamak para ibu ngomel-ngomel, bahkan sambil membentak, atau mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat. Di satu sisi banyak juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangannya dan menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.
Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak zaman dulu.
Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu: Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam. Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah. Tentu cara memberikannya bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak. Yang penting adalah merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita. Dalam hal shalat, misalnya, tidak bisa anak didoktrin dengan ancaman, “Pokoknya kalau kamu nggak shalat dosa. Mama nggak akan belikan hadiah kalau kamu malas shalat!”
Ajak dulu anak mengetahui informasi yang bisa merangsang anak untuk menalar mengapa dia harus shalat. Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan shalat.
Kedua, jadilah Anda teladan pertama bagi anak. Ini untuk menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli Anda—karena Anda hanya pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh.
Terbiasa memahami persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah sempurna akalnya, kita berharap, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh tren pergaulan atau takut dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.
Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini
Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).
Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah. Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan sering bersenandung mengagungkan asma Allah. Begitu sudah lahir, orangtua mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-Quran. Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah. Dengan begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya. Jika anak bisa memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah. Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang dicintai Allah.
Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-hukum syariah secara bertahap. Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah, misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.
Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya. Jangan sampai luput untuk mengajarkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pamrih duniawi.
Kerjasama Ayah dan Ibu
Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia melihat contoh real pada orangtuanya. Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan. Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih. Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.
Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari alasan agar tidak shalat. Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi batuk, nih…”
Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Anak juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.
Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.
Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim. Hal ini yang menjadikan si anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan dengan Islam.
Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi sosok pribadi anak. Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak harus di lakukan. Hanya dengan itu akan muncul generasi Islam yang taat syariah. Insya Allah. []
Sembilan Tips Mendidik Anak Taat Syariah:
Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah.
Ajak anak Anda mengidolakan pribadi Rasulullah.
Ajak anak Anda terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran.
Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah.
Siapkan reward (penghargaan) dan sakgsi yang mendidik untuk amal baik dan amal buruknya.
Yang terpenting, Anda menjadi teladan dalam beribadah dan beramal salih.
Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia balig.
Ramaikan rumah, mushola, dan masjid di lingkungan Anda dengan kajian Islam, dimana Anda dan anak Anda berperan aktif.
Ajarkan anak bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan dakwah Islam.
Wallahua`lam
Senin, 20 Januari 2014
BENARKAH TAHLILAN ITU BID'AH?
Bismillahirrohmanirrohiim
BEBERAPA BACAAN YG DIBACA SAAT TAHLILAN DI ANTARANYA:
1. Membaca Surat Al-Fatihah.
2. Membaca Surat Yasin.
3. Membaca Surat Al-Ikhlash.
4. Membaca Surat Al-Falaq
5. Membaca Surat An-Naas
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (AyatKursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampaiakhir Surat.
10. Membaca Istighfar
11. Membaca Tahlil : لاَاِلَهَ إِلاَّ اللهُ
12. Membaca Takbir : اَللهُأَكْبَرُ
13. Membaca Tasbih : سُبْحَانَاللهِ
14. Membaca Tahmid : الْحَمْدُللهِ
15. Membaca shalawat Nabi.
16. Membaca Asma'ul Husna.
17. Membaca do'a.
Masih sering sy jumpai beberapa tulisan ygisinya mnrt sy kurang tepat(kalau tdk mau dibilang salah) yg mengasumsikan bilatahlilan itu adalah jenis amaliah atau bacaan-bacaan yg hanya diperuntukkanatau dilaksanakan pada saat takziyah atau hanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100,1000 dst …. atas kematian seorang muslim sj.
Perlu sy jelaskan bahwa; Bacaan- bacaan yg di baca dlmkegiatan tahlilan bukanlah jenis amaliah yg hanya diperuntukkan saat takziyah atauhanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seorangmuslim sj, akan tetapi tahlilan bolehdiamalkan kapan sj dan di mana sj kecuali pada tempat2 yg terlarang utkmengamalkan tahlilan tsb, misalnya :
-di dlm wc,
-di dlm kamar mandi,
-saat berhadas besar
-dll.
Adapaun pada saat takziyah atau memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seseoarang tdk termasuk tempat yg terlarang utkmengamalkan kegiatan tahlilan.
Adapaun pada saat takziyah atau memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seseoarang itu hanyalah salah satu momentum ygdi manfaatkan utk melaksanakan pembacaan-pembacaan yg dibaca dlm kegiatantahlilan.
Maka perlu sy tegaskan, bila ada yg beranggapan tahlilan itu adalahjenis amaliah atau bacaan-bacaan yg hanya diperuntukkan atau dilaksanakan padasaat takziyah atau hanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. ataskematian seorang muslim sj maka anggapan tsbjls merupakan suatu anggapan yg “KELIRU” yg hanya didasarkan pada prasangkabelaka. Sebab tdk ada satupun ulama ASWAJA yg menetapkan sebagaimana yg telahdisangkakan tsb.
Selanjutnya mengenai anggapan bila tahlilan adalah merupakan perbuatan bid’ahdholalah, anggapan tsb juga salah besar , dengan alasan:
0. Tahlilan bukanlah termasuk “MA’TAM ATAU NIYAHAH” yg memang sdh terlarang dlmagama, namun tahlilan adalah jenis amaliah yg berisi kegiatan utk membacabeberapa bacaan yg di antaranya sdh sy kutipkan di atas.
1. Seluruh bacaan yg dibaca pada saat kegiatan tahlilan seluruhnya telahdikabarkan oleh Alloh dan Rosuln-NYA akan keutamaan dari seluruh bacaan tsb.
2. Tahlilan adalah sebuah istilah atau nama suatu kegiatan yg berisi beberapabacaan yg di antaranya sdh sy kutipkan di atas.
3. Tahlilan adalah masuk dalam ranah ibadah “GHOIRU MAHDHOH”, yaitu jenisibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah jugamerupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .Prinsip-prinsip dlm ibadah ini ada 4, yaitu:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalilyang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk iniboleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contohRasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , ataujika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, makabid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ahdhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk inibaik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukanoleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan,dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, makaselama itu boleh dilakukan.
BEBERAPA DALIL TENTANG KEUTAMAAN DARI SETIAP BACAAN DLM TAHLILAN
1.Membaca Surat Al-Fatihah.
Dalil mengenai keutaman Surat Fatihah:
عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِالْمُعَلَّى قَالَ: قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَالْمَسْجِدِ؟. فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ: يَارَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنَالْقُرْآنِ. قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُالْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ. رواه البخاري
Artinya: "Dari Abu Sa`id Al-Mu'alla radliallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku:"Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur'an,sebelum engkau keluar dari masjid?". Maka Rasulullah memegang tanganku.Dan ketika kami hendak keluar, aku bertanya: "Wahai Rasulullah! Engkauberkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang paling agung dalam Al-Qur'an".Beliau menjawab: "Al-Hamdu Lillahi Rabbil-Alamiin (Surat Al-Fatihah), iaadalah tujuh surat yang diulang-ulang (dibaca pada setiap sholat), ia adalahAl-Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku". (Hadits riwayat:Al-Bukhari).
Membaca Surat Al-Ikhlash.
Dalil mengenai keutamaan Surat Al-Ikhlash.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍالْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَالْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقَالُوا أَيُّنَا يُطِيقُذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُالْقُرْآنِ . رواه البخاري
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudriy radliallahu 'anhu,ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepada parasahabatnya: "Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur'an dalamsemalam?". Maka mereka merasa berat dan berkata: "Siapakah di antarakami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah?". Jawab beliau:"Ayat Allahu Al-Waahid Ash-Shamad (Surat Al-Ikhlash maksudnya), adalahsepertiga Al-Qur'an" (Hadits riwayat: Al-Bukhari).
4. Membaca Surat Al-Falaq
5. Membaca Surat An-Naas
Dalil keutamaan Surat Al-Falaq dan An-Naas.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَإِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّااشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا.
رواه البخاري
Artinya: Dari Aisyah radliallahu 'anhaa,"bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bila merasa sakitbeliau membaca sendiri Al-Mu`awwidzaat (Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq danSurat An-Naas), kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah akuyang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan darisurat-surat tersebut". (Hadits riwayat: Al-Bukhari).
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhirSurat.
Dalil keutamaan ayat-ayat tersebut:
عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنِمَسْعُوْدٍ قَالَ: مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِيلَيْلَةٍ لَمْ يَدْخُلْ ذَلِكَ الْبَيْتَ شَيْطَانٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ حَتَّىيُصْبِحَ أَرْبَعًا مِنْ أَوَّلِهَا وَآيَةُ الْكُرْسِيِّ وَآيَتَانِ بَعْدَهَاوَثَلَاثٌ خَوَاتِيمُهَا أَوَّلُهَا ( لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ ). رواه ابنماجه
Artinya: "Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu'anhu, ia berkata: "Barangsiapa membaca 10 ayat dari Surat Al-Baqarah padasuatu malam, maka setan tidak masuk rumah itu pada malam itu sampai pagi, Yaitu4 ayat permulaan dari Surat Al-Baqarah, Ayat Kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3ayat terakhir yang dimulai lillahi maa fis-samaawaati..)" (Hadits riwayat:Ibnu Majah).
Membaca Istighfar : أَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ
Dalil keutamaan membaca istighfar:
قَالَ اللهُ تَعَالَى:"وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْمَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُوَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ".سورة هود: 3
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman: "Danhendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jikakamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akanmemberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa harikiamat". (Surat Huud: 3)
. Membaca Tahlil : لاَاِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Membaca Takbir : اَللهُأَكْبَرُ
. Membaca Tasbih : سُبْحَانَاللهِ
Membaca Tahmid : الْحَمْدُللهِ
Dalil mengenai keutamaan membaca tahlil, takbir dantasbih:
عَنْ جَابِرِ بْنَ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّااللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ . رواه الترمذي وابن ماجه
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah radliallahu'anhumaa, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallambersabda: "Sebaik-baik Dzikir adalah ucapan Laa ilaaha illa-Llah, dansebaik-baik doa adalah ucapan Al-Hamdi li-Llah". (Hadits riwayat:At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِحَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِالْعَظِيمِ. رواه البخاري ومسلم و أحمد وابن ماجه
Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dariNabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua kalimat yang ringandi lidah, berat dalam timbangan kebaikan dan disukai oleh Allah Yang MahaRahman, yaitu Subhaana-Llahi wa bihamdihi, Subhaana-Llahi Al-'Adzim".(Hadits riwayat: Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).
Membaca shalawat Nabi.
Dalilnya keutamaan membaca shalawat Nabi:
قَالَ اللهُ تَعَاَلى :إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا . سورة الأحزاب: 56
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman:"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya memberi shalawat* untukNabi. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah shalawat untuk Nabi danucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (Surat Al-Ahzaab: 56)
*Keterangan: Imam At-Tirmidzi berkata: diriwayatkanbahwa Imam Sufyaan Ats-Tsauriy dan ulama-ulama lain berkata: "Shalawatdari Allah artinya adalah rahmat, sedangkan shalawat dari Malaikat artinyapermohonan pengampunan". Pengertian ayat ini yaitu: Sesungguhnya Allahmemberi rahmat kepada Nabi dan para malaikat beristighfar (memohon ampunan)untuk Nabi. (lihat Tafsir Ibnu Katsir pada ayat ini).
Membaca do'a.
Keutamaan berdoa:
قَالَ اللهُ تَعَاَلىَ:وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَعَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ . سورة المؤمن: 60
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman: "Dan Tuhanmuberfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masukneraka Jahannam dalam keadaan hina-dina". (Surat Al-Mukmin: 60)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْسَشَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ. رواه ابن ماجه والترمذي, و قال هذا حديث حسن غريب
Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dariNabi shalla Allahu alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Tidak ada sesuatuyang lebih mulia di sisi Allah daripada do`a". (Hadits riwayat: Ibnu Majahdan At-Tirmidziy, kata At-Tirmidziy: hadits ini Hasan Ghariib)
KESIMPULAN
Jadi ksimpulannya tahlilan bukanlah termasuk bid'ah dholalh bila merujuk kpd definisi bid'ah dari Imam As-Syatibi dalam kitab I'tishom (kitab rujukan kaum salafi wahabi)
yg mengatakan:
عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍفِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُفِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ
Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yangdibuat-buat yang menyerupai syari’at , yang dimaksudkan ketika menempuhnyaadalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
Dalam definisi tsb ada tiga hal yg perlu utk kitagaris bawahi:
1. Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yangdibuat-buat yang menyerupai syari’at.
2. yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untukberlebih-lebihan
3. dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.
-Dalam kegiatan tahlilan tdk ada satu syariat islampun yg diserupainya.
-Tahlilan bukanlah sikap yg berlebihan dalam beribadah namun justru berusaha utk mengamalkan dari apa yg telah dikabarkan oleh Alloh dan Rosul-NYA akan ketamaan-keutamaan dari semua bacaan dlm tahlilan.
-Tahlilan masuk dlm ranah "IBADAH GHOIRU MAHDHOH" yg tdk ada istilah bid'ah di dlmnya, ataujika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, makabid’ahnya disebut bid’ah hasanah
Demikian uraian singkat dari sy terkait dg soal kegiatan dlm tahlilan.
Semoga bermanfaat.
Nashrul Mukmin
Langganan:
Postingan (Atom)