Minggu, 26 Januari 2014

PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN BID'AH


Bismillahirrohmanirrohiim

Tdk sedikit dari segolongan qoum yg mengartikan BID’AH dengan arti :

“SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”

Adappun qoul dari beberapa ‘ulamaa dlm mengartikan BID’AH di antaranya sebagai berikut:

1. Imam Al-’Iz bin ‘Abdissalam berkata :

هِيَ فِعْلُ مَا لَمْ يُعْهَدْ فِي عَهْدِ الرَّسُوْلِ

((Bid’ah adalah mengerjakan perkara yang tidak ada di masa Rasulullah)) (Qowa’idul Ahkam 2/172)

2. Imam An-Nawawi berkata :

هِيَ إِحْدَاثُ مَا لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ

((Bid’ah adalah mengada-ngadakan sesuatu yang tidak ada di masa Rasulullah)) (Tahdzibul Asma’ wal lugoot 3/22)

3. Imam Al-’Aini berkata :

هِيَ مَا لَمْ يَكُنْ لَهُ أَصْلٌ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَقِيْلَ: إِظْهَارُ شَيْءٍ لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ وَلاَ فِي زَمَنِ الصَّحَابَةِ

((Bid’ah adalah perkara yang tidak ada asalnya dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dan dikatakan juga (bid’ah adalah) menampakkan sesuatu yang tidak ada pada masa Rasulullah dan tidak ada juga di masa para sahabat)) (Umdatul Qori’ 25/37)

4. Ibnu ‘Asaakir berkata :

مَا ابْتُدِعَ وَأُحْدِثَ مِنَ الأُمُوْرِ حَسَناً كَانَ أَوْ قَبِيْحًا

((Bid’ah adalah perkara-perkara yang baru dan diada-adakan baik yang baik maupun yang tercela)) (Tabyiinu kadzibil muftari hal 97)

5. Al-Fairuz Abadi berkata :

الحَدَثُ فِي الدَّيْنِ بَعْدَ الإِكْمَالِ، وَقِيْلَ : مَا استَحْدَثَ بَعْدَهُ مِنَ الأَهْوَاءِ وَالأَعْمَالِ

((Bid’ah adalah perkara yang baru dalam agama setelah sempurnanya, dan dikatakan juga : apa yang diada-adakan sepeninggal Nabi berupa hawa nafsu dan amalan)) (Basoir dzawi At-Tamyiiz 2/231)
6. Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom. Beliau mengatakan bahwa BIDAH adalah:

عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ

Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syari’at , yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.

Dari 6(enam) ulama yg telah sy kutipkan qoul-qoulnya diatas ternyata tdk ada satupun yg mengartikan bid’ah dg arti : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”

PERTANYAAN SAYA:

1. Bila ada yg mengartikan bid’ah dg arti : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”, dari mana arti tersebut mereka dapatkan atau qoul ulama yg mana yg mereka jadikan rujukannya.????

2.Bila bid’ah di artikan : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”, lantas bagaimana dg beberapa amaliah ibadah yg dilakukan oleh beberapa shohabat nabi berikut ini????:

A. Abu Hurairah berkata:

فَكَانَ خُبَيْبٌ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ الصَّلاَةَ عِنْدَ الْقَتْلِ (رواه البخاريّ
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”. (HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah : 133 [8/340] dalam kitab al-Mushannaf)

B. Hadits riwayat Imam Bukhori dalam shohihnya II :284, hadits berasal dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqi yang menerangkan bahwa:

“Pada suatu hari aku sesudah shalat dibelakang Rasulullah saw. Ketika berdiri (I’tidal) sesudah ruku’ beliau saw. mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’. Salah seorang yang ma’mum menyusul ucapan beliau itu dengan berdo’a: ‘Rabbana lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubarakan fiihi’ (Ya Tuhan kami, puji syukur sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya atas limpahan keberkahan-Mu). Setelah shalat Rasulullah saw. bertanya : ‘Siapa tadi yang berdo’a?’. Orang yang bersangkutan menjawab: Aku, ya Rasul- Allah. Rasulullah saw. berkata : ‘Aku melihat lebih dari 30 malaikat ber-rebut ingin mencatat do’a itu lebih dulu’ “.

Hadits serupa diatas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik ra.

“Seorang dengan terengah-engah (Hafazahu Al-Nafs) masuk kedalam barisan (shaf). Kemudian dia mengatakan (dalam sholatnya) al-hamdulillah hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi (segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang banyak, bagus dan penuh berkah). Setelah Rasulullah saw. selesai dari sholatnya, beliau bersabda : ‘Siapakah diantara- mu yang mengatakan beberapa kata (kalimat) (tadi)’ ? Orang-orang diam. Lalu beliau saw. bertanya lagi: ‘Siapakah diantaramu yang mengatakannya ? Sesungguhnya dia tidak mengatakan sesuatu yang percuma’. Orang yang datang tadi berkata: ‘Aku datang sambil terengah-engah (kelelahan) sehingga aku mengatakannya’. Maka Rasulullah saw. bersabda: ‘Sungguh aku melihat dua belas malaikat memburunya dengan cepat, siapakah diantara mereka (para malaikat) yang mengangkatkannya (amalannya ke Hadhirat Allah) “.

(Shohih Muslim 1:419 ).

Sementara dua bentuk amaliah ibadah yg dilakukan oleh Shohabat nabi tsb tdk pernah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw'

Kesimpulannya bahwa tdk ada satupun ulama yg mengartikan bid'ah dg arti "SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW."

Oleh karena arti bid'ah secara umum adalah "perkara yang tidak ada di masa Rasulullah'' maka para ulama membagi bid'ah menjadi beberapa bagian, di antaranya:

1. Menurut Imam Syafii
"Bid'ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama sesuatu yg baru yg menyalahi Qur'an atau Sunnah atau Ijma', dan itu disebut bid'ah dlolalah. Kedua, sesuatu yg baru dlm kebaikan yg tidak menyalahi Qur'an, Sunnah dan Ijma' dan itu disebut bid'ah yg tidak tercela (bid'ah hasanah)." (Kitab Manaqib Syafii,karya Imam Baihaqi juz 1 hal. 469)

2. Menurut Imam Ibn Abdilbarr (seorang hafidz {hafal lebih dari 400 ribu hadits} dan faqih dari Madzhab Maliki)
"Adapun perkataan Umar, sebaik-baik bid'ah, maka bid'ah berdasar lisan arab (bahasa arab) adalah menciptakan dan memulai sesuatu yang belum pernah ada. Maka apabila bid'ah tersebut dlm masalah agama menyalahi sunnah yg telah berlaku, maka itu bid'ah yg tidak baik, wajib mencela dan melarangnya, menyuruh menjauhinya dan meninggalkan pelakunya apabila telah jelas keburukan alirannya. Sedangkan bid'ah yg tidak menyalahi syari'at dan sunnah, maka itu (termasuk) sebaik-baik bid'ah (bid'ah hasanah) (Kitab al-Istidzkaar juz 5 hal. 152)

3. Menurut Imam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (Imam Nawawi)
"Bid'ah terbagi menjadi dua, bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah qobihah (buruk) (Kitab Tahdzibil-asmaa' wal-lughot, karya Imam Nawawi juz 3 hal. 22)

4. Menurut Imam Hafidz Ibn Atsir al-Jazari dlm kitabnya an-Nihayah fi ghoribil-hadits wal-atsar.
"Bid'ah ada dua macam; bid'ah huda (sesuai petunjuk agama) dan bid'ah dlolal (sesat)

5. Menurut Imam Qodhi Abu Bakar Ibn Arabi al-Maliki (Ibn Arabi) dlm kitab karyanya "Aridzat al-Ahwadzi Syarh Jami' al-Tirmidzi,
"Umar berkata: "Ini sebaik-baik bid'ah". Bid'ah yg dicela hanyalah bid'ah yg menyalahi sunnah.

6. Menurut Imam Ibn Hajar Al-Atsqolani dlm kitabnya Fathul Bari juz 4 hal. 253
"Sebenarnya, apabila bid'ah itu masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap baik menurut syara', maka disebut bid'ah hasanah. Bila masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap buruk oleh syara', maka disebut bid'ah mustaqbahah (tercela)."

7. Menurut Imam al-'Aini (762-855 H) serang hafidz (yg hafal ratusan ribu hadits) dan faqih yg bermadzhab Hanafi berkata dlm kitabnya 'Umdat al-Qori juz 11 hal. 126:
"Bid'ah pada mulanya adalah mengerjakan sesuatu yg belum pernah adaa pd masa Rosulullah saw. Kemudian bid'ah itu ada dua macam. Apabila masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap baik oleh syara' maka dsebut bid'ah hasanah, Apabila masuk dibawah naungan sesuatu yg dianggap buruk oleh syara', maka disebut bid'ah mustaqbahah (tercela)."

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa menurut para Ulama' Ahlussunnah wal Jama'ah bid'ah terbagi menjadi dua, yaitu:
1. bid'ah hasanah (bid'ah yg sesuai dg dalil syara'/Qur'an dan Hadits Nabi saw.)
2. bid'ah dlolalah (bid'ah yg bertentangan dg dalil syara'/Qur'an dan Hadits Nabi saw.)

Demikian uraian singkat tentang BID'AH.
Semoga ada manfaatnya.

Disusun oleh ; Nashrul Mukmin

Wallahu a`lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar