Kamis, 30 Januari 2014

MENGAPA ISRAEL MENGINCAR ANAK-ANAK GAZA ..?!? ...



Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ... “Saya bersumpah, akan saya bakar setiap anak yang dilahirkan di daerah (Palestina) ini. Perempuan dan anak-anak Palestina lebih berbahaya dibandingkan para pria dewasa, sebab keberadaan anak- anak Palestina menunjukkan bahwa generasi itu akan berlanjut ...”
[Ariel Sharon, PM Israel: 1956]

GRESI militer Israel yang dimulai dari 27 Desember 2008 silam tak pelak lagi memang memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang diketahui, setelah lewat dua minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 900 orang lebih.

Total, sekitar di atas 1500 Muslim Gaza meninggal. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak- anak bukanlah kebetulan belaka.

Sesuai Ramadhan 1429 Hijriah, Khaled Misyal, pemimpin Hamas yang rumahnya sekarang ini kemungkinan dihantam roket juga, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz Al-Quran.

Anak-anak ini tampaknya yang menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. “Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Al-Quran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?” demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang- orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Al-Quran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan Alquran. Tak ada main video-game atau mainan-mainan bagi mereka.

Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Pada tahun 2008, sekitar 500 anak penghafal Quran telah syahid.

Mari kita mendoakan agar situasi ini segera mereda, Amiiin ya Rabbal alamiin ...

# Foto Putra Putri dari Keluarga Palestine, Dhalou family Nov 19, 2012 – Gaza Under Attack by Israel. Hanya HATI yg BUTA yg menganggap agresi ISRAEL adalah hal biasa saja.

Wallahu a'lam bishshawab, .

Selasa, 28 Januari 2014

BERBAIK SANGKA KEPADA ALLAH


Bismillahirrohmanirrohiim

Nabi NUH belum tahu banjir akan datang ketika ia membuat kapal & ditertawai kaumnya.

Nabi IBRAHIM belum tahu akan tersedia domba ketika pisau nyaris memenggal buah hatinya.

Nabi MUSA belum tahu laut akan terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya.

Nabi MUHAMMAD SAW pun belum Tahu kalau Madinah adalah Kota Tersebarnya Ajaran yang dibawanya saat beliau diperintahkan berhijrah.

Yang Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh pada perintah Allah dan tanpa berhenti Berharap yang Terbaik.

Ternyata dibalik keTIDAKTAHUan kita, Allah telah menyiapkan SURPRISE saat kita menunaikan perintahNYA.

Pertolongan Allah datang di detik2 Terakhir dari Usaha Hamba-Nya.

Kalaupun Hasil Yang kita Usahakan masih Jauh dari Harapan , Usah kita berkecil hati.

Tetap HUZNUDZON apapun yang terjadi..
Berbaik sangkalah selalu kepada ALLAH....

Wallahu a`lam

Minggu, 26 Januari 2014

PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN BID'AH


Bismillahirrohmanirrohiim

Tdk sedikit dari segolongan qoum yg mengartikan BID’AH dengan arti :

“SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”

Adappun qoul dari beberapa ‘ulamaa dlm mengartikan BID’AH di antaranya sebagai berikut:

1. Imam Al-’Iz bin ‘Abdissalam berkata :

هِيَ فِعْلُ مَا لَمْ يُعْهَدْ فِي عَهْدِ الرَّسُوْلِ

((Bid’ah adalah mengerjakan perkara yang tidak ada di masa Rasulullah)) (Qowa’idul Ahkam 2/172)

2. Imam An-Nawawi berkata :

هِيَ إِحْدَاثُ مَا لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ

((Bid’ah adalah mengada-ngadakan sesuatu yang tidak ada di masa Rasulullah)) (Tahdzibul Asma’ wal lugoot 3/22)

3. Imam Al-’Aini berkata :

هِيَ مَا لَمْ يَكُنْ لَهُ أَصْلٌ فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ، وَقِيْلَ: إِظْهَارُ شَيْءٍ لَمْ يَكُنْ فِي عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ وَلاَ فِي زَمَنِ الصَّحَابَةِ

((Bid’ah adalah perkara yang tidak ada asalnya dari Al-Kitab dan As-Sunnah, dan dikatakan juga (bid’ah adalah) menampakkan sesuatu yang tidak ada pada masa Rasulullah dan tidak ada juga di masa para sahabat)) (Umdatul Qori’ 25/37)

4. Ibnu ‘Asaakir berkata :

مَا ابْتُدِعَ وَأُحْدِثَ مِنَ الأُمُوْرِ حَسَناً كَانَ أَوْ قَبِيْحًا

((Bid’ah adalah perkara-perkara yang baru dan diada-adakan baik yang baik maupun yang tercela)) (Tabyiinu kadzibil muftari hal 97)

5. Al-Fairuz Abadi berkata :

الحَدَثُ فِي الدَّيْنِ بَعْدَ الإِكْمَالِ، وَقِيْلَ : مَا استَحْدَثَ بَعْدَهُ مِنَ الأَهْوَاءِ وَالأَعْمَالِ

((Bid’ah adalah perkara yang baru dalam agama setelah sempurnanya, dan dikatakan juga : apa yang diada-adakan sepeninggal Nabi berupa hawa nafsu dan amalan)) (Basoir dzawi At-Tamyiiz 2/231)
6. Al Imam Asy Syatibi dalam Al I’tishom. Beliau mengatakan bahwa BIDAH adalah:

عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍ فِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُ فِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ

Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yang dibuat-buat yang menyerupai syari’at , yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.

Dari 6(enam) ulama yg telah sy kutipkan qoul-qoulnya diatas ternyata tdk ada satupun yg mengartikan bid’ah dg arti : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”

PERTANYAAN SAYA:

1. Bila ada yg mengartikan bid’ah dg arti : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”, dari mana arti tersebut mereka dapatkan atau qoul ulama yg mana yg mereka jadikan rujukannya.????

2.Bila bid’ah di artikan : ““SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW.”, lantas bagaimana dg beberapa amaliah ibadah yg dilakukan oleh beberapa shohabat nabi berikut ini????:

A. Abu Hurairah berkata:

فَكَانَ خُبَيْبٌ أَوَّلَ مَنْ سَنَّ الصَّلاَةَ عِنْدَ الْقَتْلِ (رواه البخاريّ
“Khubaib adalah orang yang pertama kali merintis shalat ketika akan dibunuh”. (HR. al-Bukhari dalam kitab al-Maghazi, Ibn Abi Syaibah : 133 [8/340] dalam kitab al-Mushannaf)

B. Hadits riwayat Imam Bukhori dalam shohihnya II :284, hadits berasal dari Rifa’ah bin Rafi’ az-Zuraqi yang menerangkan bahwa:

“Pada suatu hari aku sesudah shalat dibelakang Rasulullah saw. Ketika berdiri (I’tidal) sesudah ruku’ beliau saw. mengucapkan ‘sami’allahu liman hamidah’. Salah seorang yang ma’mum menyusul ucapan beliau itu dengan berdo’a: ‘Rabbana lakal hamdu hamdan katsiiran thayyiban mubarakan fiihi’ (Ya Tuhan kami, puji syukur sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya atas limpahan keberkahan-Mu). Setelah shalat Rasulullah saw. bertanya : ‘Siapa tadi yang berdo’a?’. Orang yang bersangkutan menjawab: Aku, ya Rasul- Allah. Rasulullah saw. berkata : ‘Aku melihat lebih dari 30 malaikat ber-rebut ingin mencatat do’a itu lebih dulu’ “.

Hadits serupa diatas yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik ra.

“Seorang dengan terengah-engah (Hafazahu Al-Nafs) masuk kedalam barisan (shaf). Kemudian dia mengatakan (dalam sholatnya) al-hamdulillah hamdan katsiran thayyiban mubarakan fihi (segala puji hanya bagi Allah dengan pujian yang banyak, bagus dan penuh berkah). Setelah Rasulullah saw. selesai dari sholatnya, beliau bersabda : ‘Siapakah diantara- mu yang mengatakan beberapa kata (kalimat) (tadi)’ ? Orang-orang diam. Lalu beliau saw. bertanya lagi: ‘Siapakah diantaramu yang mengatakannya ? Sesungguhnya dia tidak mengatakan sesuatu yang percuma’. Orang yang datang tadi berkata: ‘Aku datang sambil terengah-engah (kelelahan) sehingga aku mengatakannya’. Maka Rasulullah saw. bersabda: ‘Sungguh aku melihat dua belas malaikat memburunya dengan cepat, siapakah diantara mereka (para malaikat) yang mengangkatkannya (amalannya ke Hadhirat Allah) “.

(Shohih Muslim 1:419 ).

Sementara dua bentuk amaliah ibadah yg dilakukan oleh Shohabat nabi tsb tdk pernah dicontohkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad saw'

Kesimpulannya bahwa tdk ada satupun ulama yg mengartikan bid'ah dg arti "SEGALA SESUATU AMALIAH IBADAH YG TDK DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW."

Oleh karena arti bid'ah secara umum adalah "perkara yang tidak ada di masa Rasulullah'' maka para ulama membagi bid'ah menjadi beberapa bagian, di antaranya:

1. Menurut Imam Syafii
"Bid'ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama sesuatu yg baru yg menyalahi Qur'an atau Sunnah atau Ijma', dan itu disebut bid'ah dlolalah. Kedua, sesuatu yg baru dlm kebaikan yg tidak menyalahi Qur'an, Sunnah dan Ijma' dan itu disebut bid'ah yg tidak tercela (bid'ah hasanah)." (Kitab Manaqib Syafii,karya Imam Baihaqi juz 1 hal. 469)

2. Menurut Imam Ibn Abdilbarr (seorang hafidz {hafal lebih dari 400 ribu hadits} dan faqih dari Madzhab Maliki)
"Adapun perkataan Umar, sebaik-baik bid'ah, maka bid'ah berdasar lisan arab (bahasa arab) adalah menciptakan dan memulai sesuatu yang belum pernah ada. Maka apabila bid'ah tersebut dlm masalah agama menyalahi sunnah yg telah berlaku, maka itu bid'ah yg tidak baik, wajib mencela dan melarangnya, menyuruh menjauhinya dan meninggalkan pelakunya apabila telah jelas keburukan alirannya. Sedangkan bid'ah yg tidak menyalahi syari'at dan sunnah, maka itu (termasuk) sebaik-baik bid'ah (bid'ah hasanah) (Kitab al-Istidzkaar juz 5 hal. 152)

3. Menurut Imam Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi (Imam Nawawi)
"Bid'ah terbagi menjadi dua, bid'ah hasanah (baik) dan bid'ah qobihah (buruk) (Kitab Tahdzibil-asmaa' wal-lughot, karya Imam Nawawi juz 3 hal. 22)

4. Menurut Imam Hafidz Ibn Atsir al-Jazari dlm kitabnya an-Nihayah fi ghoribil-hadits wal-atsar.
"Bid'ah ada dua macam; bid'ah huda (sesuai petunjuk agama) dan bid'ah dlolal (sesat)

5. Menurut Imam Qodhi Abu Bakar Ibn Arabi al-Maliki (Ibn Arabi) dlm kitab karyanya "Aridzat al-Ahwadzi Syarh Jami' al-Tirmidzi,
"Umar berkata: "Ini sebaik-baik bid'ah". Bid'ah yg dicela hanyalah bid'ah yg menyalahi sunnah.

6. Menurut Imam Ibn Hajar Al-Atsqolani dlm kitabnya Fathul Bari juz 4 hal. 253
"Sebenarnya, apabila bid'ah itu masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap baik menurut syara', maka disebut bid'ah hasanah. Bila masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap buruk oleh syara', maka disebut bid'ah mustaqbahah (tercela)."

7. Menurut Imam al-'Aini (762-855 H) serang hafidz (yg hafal ratusan ribu hadits) dan faqih yg bermadzhab Hanafi berkata dlm kitabnya 'Umdat al-Qori juz 11 hal. 126:
"Bid'ah pada mulanya adalah mengerjakan sesuatu yg belum pernah adaa pd masa Rosulullah saw. Kemudian bid'ah itu ada dua macam. Apabila masuk dlm naungan sesuatu yg dianggap baik oleh syara' maka dsebut bid'ah hasanah, Apabila masuk dibawah naungan sesuatu yg dianggap buruk oleh syara', maka disebut bid'ah mustaqbahah (tercela)."

Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa menurut para Ulama' Ahlussunnah wal Jama'ah bid'ah terbagi menjadi dua, yaitu:
1. bid'ah hasanah (bid'ah yg sesuai dg dalil syara'/Qur'an dan Hadits Nabi saw.)
2. bid'ah dlolalah (bid'ah yg bertentangan dg dalil syara'/Qur'an dan Hadits Nabi saw.)

Demikian uraian singkat tentang BID'AH.
Semoga ada manfaatnya.

Disusun oleh ; Nashrul Mukmin

Wallahu a`lam

Jumat, 24 Januari 2014

TANGIS DAN TAWA RASULULLAH SAW


Bismillahirrohmanirrohiim

Tangis Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam serupa dengan tertawanya, tidak tersedu-sedu dan tidak berteriak- teriak seperti halnya tertawanya beliau tidaklah terbahak-bahak namun kedua matanya berlinang hingga meneteskan air mata, terdengar pada dada beliau desis napasnya.
Terkadang tangisan beliau sebagai bentuk ungkapan kasih sayang terhadap orang yang meninggal atau pula sebagai ungkapan rasa kekhawatiran dan belas kasih terhadap umatnya dan kadang karena rasa takut kepada Allah atau ketika mendengar Al-Qur’an. Yang seperti itu adalah tangisan yang timbul dari rasa rindu, cinta dan pengagungan bercampur rasa takut kepada Allah.( Zadul Ma’ad 1/183.)

Abdullah bin Mas’ud menuturkan, Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bersabda:
Bacakan (Al-Qur’an) untukku.” Lalu katakan: “Wahai Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam, aku baca untuk engkau padahal Al-Qur’an turun kepadamu?” Beliau berkata: “Ya, Sesungguhnya saya ingin mendengarkannya dari selainku.”
Lalu aku baca surat An-Nisa’ hingga sampai ayat :
Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).
Beliau lantas berkata: “Ya cukup.” Tiba-tiba air mata beliau menetes.
Demikian pula Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam pernah menangis ketika menyaksikan salah satunya cucunya yang nafasnya sudah mulai terputus-putus dan ketika putra beliau Ibrahim meninggal, air mata beliau menetes karena belas kasih beliau kepadanya. Beliau Shalallahu’alaihi Wassallam menangis ketika meninggalnya Ustman bin Madh’un, beliau menangis ketika terjadi gerhana matahari lantas beliau shalat gerhana dan beliau nienangis dalam shalatnya, kadang pula beliau menangis di saat menunaikan shalat malam.
Diriwayatkan dari Tsabit Al-Bunaniy dari Muthorrif dari bapaknya berkata: Saya menjumpai Nabi Shalallahu’alaihi Wassallam sedang dalam keadaan shalat, terdengar dalam perut beliau Al-Aziz (seperti suara air yang mendidih dalam Mirjal yaitu bejana) maksudnya beliau sedang menangis. (HR Ahmad, An-Nasa-i dan Abu Dawud serta Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab dan dishahihkan oleh Al-Albani 8 AI-Fath Ar-Rabbani 4/111.)
Al-Aziz adalah rintihan dalam perut dalam arti lain suara tangis. Al-Mirjal dengan dikasroh mimnya adalah bejana yang difungsikan untuk mendidihkan air yang terbuat dari besi, kuningan atau batu. Disebutkan dalarn Al-Fath Ar-Rabbaniy : Makna ucapan tersebut adalah bahwa isi perut nabi Shalallahu’alaihi Wassallam mendidih dari sebab beliau menangis dari rasa takut kepada Allah. (Al Fath Ar Rabbani 4/111)
Terdapat dalam suatu riwayat bahwasanya beliau Shalallahu’alaihi Wassallam mengatakan : Beberapa surat telah membuatku beruban seperti surat Hud, Al-Waqi’ah, AlMursalaat, Amma Yatasa’alun dan surat Idzassyamsyu Kuwwirat. (Shahihul-Jami’ no 3723.)
Adalah bacaannya Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam bisa membelah hati seseorang sebagaimana tertera dalam Ash-Shahihain dari Jubair bin Muth’im, ia berkata :
Aku mendengar Rasulullah Shalallahu’alaihi Wassallam membaca surat Ath-Thur dalam shalat maghrib, tidaklah aku mendengar suara yang paling bagus dari beliau. Dalam sebagian riwayat lain :Maka tatkala aku mendengar beliau membaca:
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri) ?” (Ath-Thur: 35)
Lantas ia mengatakan: Hampir saja jantungku terbang.
Berkata Ibnu Katsir Ketika Jubair mendengar ayat tersebut ia masih musyrik menganut ajaran kaumnya, ia datang di saat terjadinya penebusan tawanan perang setelah perang badar. Maka cukuplah bagi kamu dengan orang yang bacaannya punya pengaruh terhadap orang yang getol kepada kekafirannya dan itulah yang menjadi sebab ia mendapatkan hidayah, oleh karena itu, sebaik-baik bacaan adalah yang muncul dari kekhusyukan hati. Thawus berkata: manusia yang paling bagus suaranya dalam membaca Al-Qur’an adalah yang mereka paling takut kepada Allah.
Dinukil dari buku : Air Mata Iman, Kisah-kisah Salafus Shaleh saat Membaca Al Qur’an

Wallahu a`lam


Rabu, 22 Januari 2014

MERAWAT ANAK SECARA ISLAMI


Bismillahirrohmanirrohiim

Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah. Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup. Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko. Lalu, bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat pada syariah?

Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar

Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak. Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ’sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.

“Anak-anak sekarang beda dengan anak-anak dulu. Anak dulu kan takut dan segan sama orangtua dan guru. Sekarang, anak berani membantah dan susah diatur. Ada saja alasan mereka!”

Begitu rata-rata komentar para orangtua terhadap anaknya. Yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat. Sudah jamak para ibu ngomel-ngomel, bahkan sambil membentak, atau mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat. Di satu sisi banyak juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangannya dan menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.

Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak zaman dulu.

Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu: Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam. Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah. Tentu cara memberikannya bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak. Yang penting adalah merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita. Dalam hal shalat, misalnya, tidak bisa anak didoktrin dengan ancaman, “Pokoknya kalau kamu nggak shalat dosa. Mama nggak akan belikan hadiah kalau kamu malas shalat!”

Ajak dulu anak mengetahui informasi yang bisa merangsang anak untuk menalar mengapa dia harus shalat. Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan shalat.

Kedua, jadilah Anda teladan pertama bagi anak. Ini untuk menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli Anda—karena Anda hanya pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh.

Terbiasa memahami persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah sempurna akalnya, kita berharap, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh tren pergaulan atau takut dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.



Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini

Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).

Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah. Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan sering bersenandung mengagungkan asma Allah. Begitu sudah lahir, orangtua mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-Quran. Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.

Lebih jauh, anak dikenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah. Dengan begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya. Jika anak bisa memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah. Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang dicintai Allah.

Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-hukum syariah secara bertahap. Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah, misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.

Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya. Jangan sampai luput untuk mengajarkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pamrih duniawi.

Kerjasama Ayah dan Ibu

Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia melihat contoh real pada orangtuanya. Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan. Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih. Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.

Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari alasan agar tidak shalat. Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi batuk, nih…”

Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat

Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Anak juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.

Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.

Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim. Hal ini yang menjadikan si anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan dengan Islam.

Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi sosok pribadi anak. Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak harus di lakukan. Hanya dengan itu akan muncul generasi Islam yang taat syariah. Insya Allah. []
Sembilan Tips Mendidik Anak Taat Syariah:

Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah.
Ajak anak Anda mengidolakan pribadi Rasulullah.
Ajak anak Anda terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran.
Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah.
Siapkan reward (penghargaan) dan sakgsi yang mendidik untuk amal baik dan amal buruknya.
Yang terpenting, Anda menjadi teladan dalam beribadah dan beramal salih.
Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia balig.
Ramaikan rumah, mushola, dan masjid di lingkungan Anda dengan kajian Islam, dimana Anda dan anak Anda berperan aktif.
Ajarkan anak bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan dakwah Islam.

Wallahua`lam

Senin, 20 Januari 2014

BENARKAH TAHLILAN ITU BID'AH?


Bismillahirrohmanirrohiim

BEBERAPA BACAAN YG DIBACA SAAT TAHLILAN DI ANTARANYA:

1. Membaca Surat Al-Fatihah.
2. Membaca Surat Yasin.
3. Membaca Surat Al-Ikhlash.
4. Membaca Surat Al-Falaq
5. Membaca Surat An-Naas
6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (AyatKursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampaiakhir Surat.
10. Membaca Istighfar
11. Membaca Tahlil : لاَاِلَهَ إِلاَّ اللهُ
12. Membaca Takbir : اَللهُأَكْبَرُ
13. Membaca Tasbih : سُبْحَانَاللهِ
14. Membaca Tahmid : الْحَمْدُللهِ
15. Membaca shalawat Nabi.
16. Membaca Asma'ul Husna.
17. Membaca do'a.

Masih sering sy jumpai beberapa tulisan ygisinya mnrt sy kurang tepat(kalau tdk mau dibilang salah) yg mengasumsikan bilatahlilan itu adalah jenis amaliah atau bacaan-bacaan yg hanya diperuntukkanatau dilaksanakan pada saat takziyah atau hanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100,1000 dst …. atas kematian seorang muslim sj.

Perlu sy jelaskan bahwa; Bacaan- bacaan yg di baca dlmkegiatan tahlilan bukanlah jenis amaliah yg hanya diperuntukkan saat takziyah atauhanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seorangmuslim sj, akan tetapi tahlilan bolehdiamalkan kapan sj dan di mana sj kecuali pada tempat2 yg terlarang utkmengamalkan tahlilan tsb, misalnya :

-di dlm wc,
-di dlm kamar mandi,
-saat berhadas besar
-dll.
Adapaun pada saat takziyah atau memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seseoarang tdk termasuk tempat yg terlarang utkmengamalkan kegiatan tahlilan.

Adapaun pada saat takziyah atau memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. atas kematian seseoarang itu hanyalah salah satu momentum ygdi manfaatkan utk melaksanakan pembacaan-pembacaan yg dibaca dlm kegiatantahlilan.

Maka perlu sy tegaskan, bila ada yg beranggapan tahlilan itu adalahjenis amaliah atau bacaan-bacaan yg hanya diperuntukkan atau dilaksanakan padasaat takziyah atau hanya dibaca saat memperingati 3, 7, 40, 100, 1000 dst …. ataskematian seorang muslim sj maka anggapan tsbjls merupakan suatu anggapan yg “KELIRU” yg hanya didasarkan pada prasangkabelaka. Sebab tdk ada satupun ulama ASWAJA yg menetapkan sebagaimana yg telahdisangkakan tsb.

Selanjutnya mengenai anggapan bila tahlilan adalah merupakan perbuatan bid’ahdholalah, anggapan tsb juga salah besar , dengan alasan:

0. Tahlilan bukanlah termasuk “MA’TAM ATAU NIYAHAH” yg memang sdh terlarang dlmagama, namun tahlilan adalah jenis amaliah yg berisi kegiatan utk membacabeberapa bacaan yg di antaranya sdh sy kutipkan di atas.

1. Seluruh bacaan yg dibaca pada saat kegiatan tahlilan seluruhnya telahdikabarkan oleh Alloh dan Rosuln-NYA akan keutamaan dari seluruh bacaan tsb.

2. Tahlilan adalah sebuah istilah atau nama suatu kegiatan yg berisi beberapabacaan yg di antaranya sdh sy kutipkan di atas.

3. Tahlilan adalah masuk dalam ranah ibadah “GHOIRU MAHDHOH”, yaitu jenisibadah yang di samping sebagai hubungan hamba dengan Allah jugamerupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .Prinsip-prinsip dlm ibadah ini ada 4, yaitu:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalilyang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk iniboleh diseleng garakan.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contohRasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , ataujika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, makabid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ahdhalalah.

c. Bersifat rasional, ibadah bentuk inibaik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukanoleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan,dan madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, makaselama itu boleh dilakukan.

BEBERAPA DALIL TENTANG KEUTAMAAN DARI SETIAP BACAAN DLM TAHLILAN

1.Membaca Surat Al-Fatihah.
Dalil mengenai keutaman Surat Fatihah:
عَنْ أَبِي سَعِيدِ بْنِالْمُعَلَّى قَالَ: قَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:أَلَا أُعَلِّمُكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ فِي الْقُرْآنِ قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ مِنَالْمَسْجِدِ؟. فَأَخَذَ بِيَدِي فَلَمَّا أَرَدْنَا أَنْ نَخْرُجَ قُلْتُ: يَارَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ قُلْتَ لَأُعَلِّمَنَّكَ أَعْظَمَ سُورَةٍ مِنَالْقُرْآنِ. قَالَ: الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُالْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ. رواه البخاري
Artinya: "Dari Abu Sa`id Al-Mu'alla radliallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepadaku:"Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung dalam Al-Qur'an,sebelum engkau keluar dari masjid?". Maka Rasulullah memegang tanganku.Dan ketika kami hendak keluar, aku bertanya: "Wahai Rasulullah! Engkauberkata bahwa engkau akan mengajarkanku surat yang paling agung dalam Al-Qur'an".Beliau menjawab: "Al-Hamdu Lillahi Rabbil-Alamiin (Surat Al-Fatihah), iaadalah tujuh surat yang diulang-ulang (dibaca pada setiap sholat), ia adalahAl-Qur'an yang agung yang diberikan kepadaku". (Hadits riwayat:Al-Bukhari).

Membaca Surat Al-Ikhlash.
Dalil mengenai keutamaan Surat Al-Ikhlash.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍالْخُدْرِيِّ رَضِي اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَصْحَابِهِ: أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ ثُلُثَالْقُرْآنِ فِي لَيْلَةٍ فَشَقَّ ذَلِكَ عَلَيْهِمْ وَقَالُوا أَيُّنَا يُطِيقُذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ اللَّهُ الْوَاحِدُ الصَّمَدُ ثُلُثُالْقُرْآنِ . رواه البخاري
Artinya: Dari Abu Said Al-Khudriy radliallahu 'anhu,ia berkata: Nabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda kepada parasahabatnya: "Apakah kalian tidak mampu membaca sepertiga Al-Qur'an dalamsemalam?". Maka mereka merasa berat dan berkata: "Siapakah di antarakami yang mampu melakukan itu, wahai Rasulullah?". Jawab beliau:"Ayat Allahu Al-Waahid Ash-Shamad (Surat Al-Ikhlash maksudnya), adalahsepertiga Al-Qur'an" (Hadits riwayat: Al-Bukhari).

4. Membaca Surat Al-Falaq
5. Membaca Surat An-Naas
Dalil keutamaan Surat Al-Falaq dan An-Naas.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَإِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّااشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا.
رواه البخاري
Artinya: Dari Aisyah radliallahu 'anhaa,"bahwasanya Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallam bila merasa sakitbeliau membaca sendiri Al-Mu`awwidzaat (Surat Al-Ikhlas, Surat Al-Falaq danSurat An-Naas), kemudian meniupkannya. Dan apabila rasa sakitnya bertambah akuyang membacanya kemudian aku usapkan ke tangannya mengharap keberkahan darisurat-surat tersebut". (Hadits riwayat: Al-Bukhari).

6. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 5
7. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 163
8. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 255 (Ayat Kursi)
9. Membaca Surat Al-Baqarah ayat 284 sampai akhirSurat.
Dalil keutamaan ayat-ayat tersebut:
عَنْ عَبْدُ اللَّهِ بْنِمَسْعُوْدٍ قَالَ: مَنْ قَرَأَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِيلَيْلَةٍ لَمْ يَدْخُلْ ذَلِكَ الْبَيْتَ شَيْطَانٌ تِلْكَ اللَّيْلَةَ حَتَّىيُصْبِحَ أَرْبَعًا مِنْ أَوَّلِهَا وَآيَةُ الْكُرْسِيِّ وَآيَتَانِ بَعْدَهَاوَثَلَاثٌ خَوَاتِيمُهَا أَوَّلُهَا ( لِلَّهِ مَا فِي السَّمَوَاتِ ). رواه ابنماجه
Artinya: "Dari Abdullah bin Mas'ud radliallahu'anhu, ia berkata: "Barangsiapa membaca 10 ayat dari Surat Al-Baqarah padasuatu malam, maka setan tidak masuk rumah itu pada malam itu sampai pagi, Yaitu4 ayat permulaan dari Surat Al-Baqarah, Ayat Kursi dan 2 ayat sesudahnya, dan 3ayat terakhir yang dimulai lillahi maa fis-samaawaati..)" (Hadits riwayat:Ibnu Majah).

Membaca Istighfar : أَسْتَغْفِرُاللهَ الْعَظِيْمَ
Dalil keutamaan membaca istighfar:

قَالَ اللهُ تَعَالَى:"وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْمَتَاعًا حَسَنًا إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَهُوَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ كَبِيرٍ".سورة هود: 3
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman: "Danhendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jikakamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik(terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akanmemberi kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa harikiamat". (Surat Huud: 3)

. Membaca Tahlil : لاَاِلَهَ إِلاَّ اللهُ
Membaca Takbir : اَللهُأَكْبَرُ
. Membaca Tasbih : سُبْحَانَاللهِ
Membaca Tahmid : الْحَمْدُللهِ
Dalil mengenai keutamaan membaca tahlil, takbir dantasbih:
عَنْ جَابِرِ بْنَ عَبْدِاللَّهِ رَضِي اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّىاللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلَهَ إِلَّااللَّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلَّهِ . رواه الترمذي وابن ماجه
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah radliallahu'anhumaa, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallambersabda: "Sebaik-baik Dzikir adalah ucapan Laa ilaaha illa-Llah, dansebaik-baik doa adalah ucapan Al-Hamdi li-Llah". (Hadits riwayat:At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِحَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللَّهِالْعَظِيمِ. رواه البخاري ومسلم و أحمد وابن ماجه
Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dariNabi shalla Allahu alaihi wa sallam bersabda: "Ada dua kalimat yang ringandi lidah, berat dalam timbangan kebaikan dan disukai oleh Allah Yang MahaRahman, yaitu Subhaana-Llahi wa bihamdihi, Subhaana-Llahi Al-'Adzim".(Hadits riwayat: Al-Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah).

Membaca shalawat Nabi.
Dalilnya keutamaan membaca shalawat Nabi:
قَالَ اللهُ تَعَاَلى :إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا . سورة الأحزاب: 56
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman:"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya memberi shalawat* untukNabi. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah shalawat untuk Nabi danucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (Surat Al-Ahzaab: 56)
*Keterangan: Imam At-Tirmidzi berkata: diriwayatkanbahwa Imam Sufyaan Ats-Tsauriy dan ulama-ulama lain berkata: "Shalawatdari Allah artinya adalah rahmat, sedangkan shalawat dari Malaikat artinyapermohonan pengampunan". Pengertian ayat ini yaitu: Sesungguhnya Allahmemberi rahmat kepada Nabi dan para malaikat beristighfar (memohon ampunan)untuk Nabi. (lihat Tafsir Ibnu Katsir pada ayat ini).

Membaca do'a.
Keutamaan berdoa:
قَالَ اللهُ تَعَاَلىَ:وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَعَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ . سورة المؤمن: 60
Artinya: Allah Ta'aalaa berfirman: "Dan Tuhanmuberfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masukneraka Jahannam dalam keadaan hina-dina". (Surat Al-Mukmin: 60)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِياللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْسَشَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللَّهِ تَعَالَى مِنَ الدُّعَاءِ. رواه ابن ماجه والترمذي, و قال هذا حديث حسن غريب
Artinya: Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu, dariNabi shalla Allahu alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Tidak ada sesuatuyang lebih mulia di sisi Allah daripada do`a". (Hadits riwayat: Ibnu Majahdan At-Tirmidziy, kata At-Tirmidziy: hadits ini Hasan Ghariib)

KESIMPULAN

Jadi ksimpulannya tahlilan bukanlah termasuk bid'ah dholalh bila merujuk kpd definisi bid'ah dari Imam As-Syatibi dalam kitab I'tishom (kitab rujukan kaum salafi wahabi)
yg mengatakan:

عِبَارَةٌ عَنْ طَرِيْقَةٍفِي الدِّيْنِ مُخْتَرَعَةٍ تُضَاهِي الشَّرْعِيَّةَ يُقْصَدُ بِالسُّلُوْكِ عَلَيْهَا المُبَالَغَةُفِي التَّعَبُدِ للهِ سُبْحَانَهُ

Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yangdibuat-buat yang menyerupai syari’at , yang dimaksudkan ketika menempuhnyaadalah untuk berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.

Dalam definisi tsb ada tiga hal yg perlu utk kitagaris bawahi:

1. Suatu istilah untuk suatu jalan dalam agama yangdibuat-buat yang menyerupai syari’at.

2. yang dimaksudkan ketika menempuhnya adalah untukberlebih-lebihan

3. dalam beribadah kepada Allah Ta’ala.

-Dalam kegiatan tahlilan tdk ada satu syariat islampun yg diserupainya.

-Tahlilan bukanlah sikap yg berlebihan dalam beribadah namun justru berusaha utk mengamalkan dari apa yg telah dikabarkan oleh Alloh dan Rosul-NYA akan ketamaan-keutamaan dari semua bacaan dlm tahlilan.

-Tahlilan masuk dlm ranah "IBADAH GHOIRU MAHDHOH" yg tdk ada istilah bid'ah di dlmnya, ataujika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul bid’ah, makabid’ahnya disebut bid’ah hasanah

Demikian uraian singkat dari sy terkait dg soal kegiatan dlm tahlilan.
Semoga bermanfaat.

Nashrul Mukmin 

Sabtu, 18 Januari 2014

SHOLAT BAGI WANITA YANG KEPUTIHAN


Bismillahirrohmanirrohiim

Banyak wanita yang mengalami keputihan dalam jangka waktu yang panjang,sehingga para wanita pada umumnya merasa khawatir dengan "keputihan "tersebut.

Perlu kita ketahui,bahwa Keputihan Tidak termasuk haid. Cairan putih sebab keputihan hukumnya najis, karena keluar dari dalam ms V . Untuk masalah shalat bagi wanita yang menderita keputihan, apabila cairan itu keluar terus menerus seperti orang beser, maka berlaku hukum seperti orang yang beser.  Cara yang harus dilakukan adalah dengan mensucikan kemaluan/ms.V setelah itu disumbat dengan pembalut atau kapas. Barulah kemudian berwudlu dengan menyegerakan shalat. Penderita keputihan dan orang yang beser tidak boleh menunda-nunda shalat setelah berwudlu, kecuali untuk kemaslahatan shalat seperti menjawab adzan atau menunggu jamaah. 

Referensi:

Hasyiyah Jamal II hal. 149

( قَوْلُهُ وَرُطُوبَةٍ فَرْجٍ ) هِيَ مَاءٌ أَبْيَضُ مُتَرَدِّدٌ بَيْنَ الْمَذْيِ وَالْعَرَقِ وَمَحِلُّ ذَلِكَ إذَا خَرَجَتْ مِنْ مَحَلٍّ يَجِبُ غَسْلُهُ ، فَإِنْ خَرَجَتْ مِنْ مَحِلٍّ لَا يَجِبُ غَسْلُهُ فَهِيَ نَجِسَةٌ ؛ لِأَنَّهَا رُطُوبَةٌ جَوْفِيَّةٌ وَهِيَ إذَا خَرَجَتْ إلَى الظَّاهِرِ يُحْكَمُ بِنَجَاسَتِهَا وَإِذَا لَاقَاهَا شَيْءٌ مِنْ الطَّاهِرِ تَنَجَّسَ
 
(pernyataan cairan dalam kemaluan) yaitu cairan putih yang ambigu antara madzi dan keringat.
Titik tekan masalah ini, yaitu ketika cairan itu keluar dari tempatnya yang wajib membersihkannya.
Apabila cairan itu keluar dari tempat yang tidak wajib dibersihkan maka dihukumi najis, karena hal itu merupakan cairan dari dalam. Apabila cairan itu keluar dari anggota dzahir, maka dihukumi najis. Apabila sesuatu yang suci bersentuhan dengannya maka menjadi mutanajis.

Minhaj al Tullab I hal 26

والاستحاضة كسلس فلا تمنع ما يمنعه الحيض فيجب أن تغسل مستحاضة فرجها فتحشوه فتعصبه بشرطهما فتطهر لكل فرض وقته وتبادر به ولا يضر تأخيرها لمصلحة كستر وانتظار جماعة

Istihadzah (darah penyakit) itu seperti orang yang beser, maka orang yang istihadzah tidak tercegah melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang haid. Maka wajib bagi seorang yang istihadzah untuk mensucikan farjinya, menyumpal dan membalutnya sesuai dengan syarat-syaratnya, kemudian berwudlu. Hal ini wajib dilakukan setiap akan menjalankan shalat fardlu dan bersegera menjalankannya. Mengakhirkan shalat (setelah wudlu) diperboleh bila untuk kemaslahatan seperti menutup aurat atau menunggu jamaah.

Wallahu a'lam..


MENJELASKAN HADITS


Bismillahirrohmanirrohiim

1. Apakah semua hadits butuh syarah/penjelasan dan tidak bisa hanya diambil dhohir lafadznya saja?

2. bagaimanakah hukumnya seseorang yg menjelaskan sebuah hadits hanya berdasarkan akal dan perasaannya dan hadist tersebut ia jadikan untuk mendukung opininya tentang suatu hal?

3. Apakah batal jika saat puasa kita membersihkan telinga, saya pernah dengar kalau pada saat puasa tidak boleh memasukkan sesuatu ke dalam lubang tubuh ?


JAWABAN :

Tidaklah semua orang bisa mengartikan hadits, karena untuk mengartikannya membutuhkan disiplin ilmu bahasa arab dan gramatikalnya (ilmu nahwu), ilmu tentang nasikh dan mansukh nya hadits serta mustolah hadits dan lain-lain. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan untuk menafsirkan hadits sebelum mengetahui beberapa fan ilmu di atas. Namun haruslah berpegangan pada tafsiran para ulama’ yang kompeten dalam ilmunya, yaitu menggunakan kitab syarh mereka bukan dengan menggunakan akal pikiran sendiri. Karena memungkinkan hadits itu ternyata mansukh dengan hadits lain yang lebih akhir, atau tidak sesuai dengan maksud yang disampaikan oleh Nabi. Padahal Rasulullah SAW bersabda :

من كذب علي متعمداً فليتبوأ مقعده من النار

“ barang siapa secara sengaja mendustakan atasku, maka dia telah mempersiapkan tempatnya di neraka “

Sebagai contoh : hadits Nabi SAW :

عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Diriwayatkan dari sahabat Anas, bahwa Nabi SAW bersabda “ tidaklah beriman salah satu diantara kalian sehingga menyukai kebaikan bagi saudaranya apa yang dia suka bagi dirinya sendiri “

Jika kita pandang dari makna dhohir hadits saja, kita akan menganggap banyak orang menjadi kafir karena tidak menyukai untuk saudaranya apa yang dia suka untuk dirinya sendiri. Padahal itu sangatlah sulit bagi setiap orang mukmin, karena secara tabiat orang lebih menyukai untuk dirinya sendiri daripada untuk saudaranya. Adapun menurut para ulama’ maksud dari hadits tersebut adalah nafyul kamal (meniadakan kesempurnaan keimanan), artinya : tidaklah sempurna keimanan seseorang hingga dia menyukai kebaikan bagi saudaranya apa yang dia sukai bagi dirinya sendiri.

Demikian juga dengan hadits Nabi SAW :

لا صلاة لجار المسجد إلا في المسجد

“ tidak ada shalat bagi tetangga masjid kecuali di masjid ”

Dhohir arti hadits tersebut shalatnya orang yang bertetangga masjid yang dilakukan di rumah tidak sah. Sedangkan menurut para ulama’ maksud hadits tersebut adalah nafyul kamal (meniadakan kesempurnaan) : artinya tidaklah sempurna shalat tetangga masjid kecuali dilakukan di masjid.

Hadits lain Nabi SAW bersabda :

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِن بِاَللَّهِ وَالْيَوْم الْآخِر فَلْيُكْرِمْ ضَيْفه

“ barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya memuliakan tamunya “

Dhohir arti hadits tersebut adalah orang yang tidak memuliakan tamunya atau bahkan mengusir tamunya dihukumi kafir. Padahal bukanlah demikian, karena yang dimaksud hadits tersebut sebagaimana keterangan ulama’ adalah alkamal (kesempurnaan iman). Artinya orang yang memuliakan tamu adalah orang yang sempurna keimanannya.

Dan masih banyak sekali hadits-hadits lain semisal hadits di atas yang tidak bisa kami sebutkan yang intinya kita tidak bisa hanya mengambil dari dhohir makna hadits tapi harus lebih dicermati lagi. Oleh karena itu wajib bagi kita yang belum kompeten dalam keilmuannya untuk berpegangan pada tafsiran para ulama’.

Adapun membersihkan telinga bagi orang yang sedang puasa, jika sampai pada bagian dalam telinga (batin telinga), menurut pendapat yang kuat membatalkan puasa jika dilakukan dalam keadaan sengaja dan ingat. Namun menurut pendapat yang lemah dan pendapat Imam al-Ghozali tidak membatalkan karena telinga bukan termasuk lubang yang tembus ke bagian dalam tubuh.

مقدمة ابن الصلاح – (ج 1 / ص 47)

عن أبي داود السنجي قال: سمعت الأصمعي يقول: أن أخوف ما أخاف على طلاب العلم، إذا لم يعرف النحو: أن يدخل في جملة قول النبي صلى الله عليه وسلم: ” من كذب علي فليتبوأ مقعدء من النارلأنه صلى الله عليه وسلم لم يكن يلحن، فمهما رويت عنه ولحنت فيه كذبت عليه. قلت: فحق على طالب الحديث أن يتعلم من النحو واللغة ما يتخلص به من شين اللحن والتحريف ومعرتهما. روينا عن شعبة قال: من طلب الحديث ولم يبصر العربية فمثله مثل رجل عليه رجل برنس ليس له رأس،أوكما قال. عن حماد بن سلمة قال: مثل الذي يطلب الحديث و لايعرف النحو مثل الحمار عليه مخلاة لا شعير فيها. وأما التصحيف: فسبيل السلامة منه الأخذ من أفواه أهل العلم والضبط، فإن من حرم ذلك: و كان أخذه وتعلمه من بطون الكتب، كان من شأنه التحريف، ولم يفلت من التبديل والتصحيف، والله أعلم.

الباعث الحثيث في اختصار علوم الحديث – (ج 1 / ص 19)

فرع آخر ” : ينبغي لطالب الحديث أن يكون عارفاً بالعربية. قال الأصمعي: ” أخشى عليه إذا لم يعرف العربية أن يدخل في قوله: ” من كذب علي متعمداً فليتبوأ مقعده من النار، فإن النبي صلى الله عليه وسلم لم يكن يلحنفمهما رويت عنه ولحنت فيه كذبت عليه ” .وأما التصحيف، فدواؤه أن يتلقاه من أفواه المشايخ الضابطين. والله الموفق.

شرح النووي على مسلم – (ج 1 / ص 126)

- قَوْله صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( لَا يُؤْمِن أَحَدكُمْ حَتَّى يُحِبّ لِأَخِيهِ أَوْ قَالَ لِجَارِهِ مَا يُحِبّ لِنَفْسِهِ )
هَكَذَا هُوَ فِي مُسْلِم لِأَخِيهِ أَوْ لِجَارِهِ عَلَى الشَّكِّ ، وَكَذَا هُوَ فِي مُسْنَد عَبْد بْن حُمَيْدٍ عَلَى الشَّكِّ ، وَهُوَ فِي الْبُخَارِيِّ وَغَيْره ( لِأَخِيهِ ) مِنْ غَيْر شَكٍّ ، قَالَ الْعُلَمَاء رَحِمَهُمْ اللَّه : مَعْنَاهُ لَا يُؤْمِن الْإِيمَان التَّامّ ، وَإِلَّا فَأَصْلُ الْإِيمَان يَحْصُل لِمَنْ لَمْ يَكُنْ بِهَذِهِ الصِّفَة . وَالْمُرَاد يُحِبّ لِأَخِيهِ مِنْ الطَّاعَات وَالْأَشْيَاء الْمُبَاحَات وَيَدُلّ عَلَيْهِ مَا جَاءَ فِي رِوَايَة النَّسَائِيِّ فِي هَذَا الْحَدِيثحَتَّى يُحِبّ لِأَخِيهِ مِنْ الْخَيْر مَا يُحِبّ لِنَفْسِهِقَالَ الشَّيْخ أَبُو عَمْرو بْن الصَّلَاح : وَهَذَا قَدْ يُعَدُّ مِنْ الصَّعْب الْمُمْتَنِع ، وَلَيْسَ كَذَلِكَ ، إِذْ مَعْنَاهُ لَا يَكْمُل إِيمَان أَحَدكُمْ حَتَّى يُحِبّ لِأَخِيهِ فِي الْإِسْلَام مِثْل مَا يُحِبّ لِنَفْسِهِ ، وَالْقِيَام بِذَلِكَ يَحْصُل بِأَنْ يُحِبّ لَهُ حُصُول مِثْل ذَلِكَ مِنْ جِهَةٍ لَا يُزَاحِمهُ فِيهَا ، بِحَيْثُ لَا تَنْقُص النِّعْمَة عَلَى أَخِيهِ شَيْئًا مِنْ النِّعْمَة عَلَيْهِ ، وَذَلِكَ سَهْل عَلَى الْقَلْب السَّلِيم ، إِنَّمَا يَعْسُرُ عَلَى الْقَلْب الدَّغِل . عَافَانَا اللَّه وَإِخْوَانَنَا أَجْمَعِينَ . وَاَللَّه أَعْلَم .

مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج – (ج 5 / ص 202)

( وَالتَّقْطِيرُ فِي بَاطِنِ الْأُذُنِ ) وَإِنْ لَمْ يَصِلْ إلَى الدِّمَاغِ ( وَ ) بَاطِنِ ( الْإِحْلِيلِ ) وَهُوَ مَخْرَجُ الْبَوْلِ مِنْ الذَّكَرِ وَاللَّبَنِ مِنْ الثَّدْيِ وَإِنْ لَمْ يَصِلْ إلَى الْمَثَانَةِ وَلَمْ يُجَاوِزْ الْحَشَفَةَ أَوْ الْحَلَمَةَ ( مُفْطِرٌ فِي الْأَصَحِّ ) بِنَاءً عَلَى الْوَجْهِ الْأَوَّلِ ، وَهُوَ اعْتِبَارُ كُلِّ مَا يُسَمَّى جَوْفًا ، وَالثَّانِي : لَا ، بِنَاءً عَلَى مُقَابِلِهِ إذْ لَيْسَ فِيهِ قُوَّةُ الْإِحَالَةِ ، وَأُلْحِقَ بِالْجَوْفِ عَلَى الْأَوَّلِ الْحَلْقُ .قَالَ الْإِمَامُ : وَمُجَاوَزَةُ الْحُلْقُومِ ، وَيَنْبَغِي الِاحْتِرَازُ حَالَةَ الِاسْتِنْجَاءِ فَإِنَّهُ لَوْ أَدْخَلَ طَرَفَ أُصْبُعِهِ دُبُرَهُ بَطَلَ صَوْمُهُ ، وَكَذَا حُكْمُ فَرْجِ الْمَرْأَةِ وَلَوْ طَعَنَ نَفْسَهُ أَوْ طَعَنَ غَيْرَهُ بِإِذْنِهِ فَوَصَلَ السِّكِّينُ جَوْفَهُ أَوْ أَدْخَلَ فِي إحْلِيلِهِ أَوْ أُذُنِهِ عُودًا أَوْ نَحْوَهُ فَوَصَلَ إلَى الْبَاطِنِ بَطَلَ صَوْمُهُ .

التقريرات السديدة /451-452

المفطر السادس : وصول عين من منفذ مفتوح الى الجوف
(قوله: وصول عين) خرج به الهواء، فلا يضر وصول هواء الى الجوف وكذلك مجرد الطعم والريح بدون عين فلا يفطر ما وصل منهما الى الجوف. (قوله: منفذ مفتوح) خرج به اذا وصلت العين الى الجوف من منفذ غير مفتوح كالدهن ونحوه بتشرب المسام. وكل المنافذ مفتوحة في مذهب الإمام الشافعي الا العين، وكذلك الأذن عند الإمام الغزالي


Wallahu a`lam